Senin, 05 September 2016

Market Day, Latih Jiwa Entrepreneur Siswa Ar Raihan

Bandarlampung – Istirahat pertama di Sekolah Islam Ar Raihan tampak berbeda kali ini. Hampir semua siswa berhambur menuju meja-meja yang menyajikan berbagai jajanan. Ya, sekolah berbasis islam ini mengadakan Market Day, Selasa (6/9/2016). Dan pastinya, siswa Ar Raihan jugalah yang menjalani perannya hari ini sebagai penjual. 
Dok.Suasana Market Day di Sekolah Islam Ar Raihan

Guru Bidang Studi Kewirausahaan Yulia Verawati menyampaikan, market day merupakan program tahunan siswa SMA Kelas XI dan ini kali keempatnya berlangsung. “Kegiatan market day menanamkan jiwa entrepreneur siswa,” paparnya. Ia menambahkan, siswa mempersiapakan semuanya kurang lebih selama sebulan sebab harus memahami teknik penjualan, mengambil untung dari berdagang, hingga pembuatan desain banner guna menarik perhatian pembeli. 

Beragam makanan dijajakan para siswa. Dari puding, sosis goreng, es susu, hingga menu ala Jepang. Jelas, market day tidak sekadar menunaikan program tahunan saja, melainkan melatih keprihatinan siswa bahwa mencari uang tidaklah mudah. Keuntungan acara market day akan dipakai untuk berjualan kembali, tetapi dengan spot berbeda, seperti di PKOR Wayhalim, Bandarlampung. “Berjualan di sekolah, bisa habis semua. Tetapi kalau di luar, baru terlihatlah bagaimana harus bersaing dengan penjual lainnya,” pungkas Yulia. []desti


Kami FLP, Kami Menulis!

Dok. Dokumentasi bersama usai Talkshow Menulisan dan Mernerbitkan Buku
Hal yang tak pernah  terbayangkan, tetapi sempat terlintas di pikiran ketika single dulu adalah memiliki pasangan yang men-support bergabung di komunitas menulis dan kami bisa menulis bersama hingga menerbitkan buku bersama pula! Olalala... senangnya.

Ya, itulah yang Allah berikan dari  hal-hal yang terlintas di pikiranku. Yap, aku dan suami, kami sama-sama menulis. Kami FLP dan kami menulis! Senang, pastinya, dapat ‘lahiran’ buku lagi. Terlebih ini bersama pasangan hidup. Merekam jejak diri melalui sebuah tulisan merupakan hal yang tak terduga bersama suami, Muhammad Rudy.

Pasangan hidup, mobilisasi, dan support
Tiga kata kunci yang sangat indah ketika hobi menulis dapat dimobilisasikan dan dengan segudang support dari seorang pemimpin hidupku. Waah... siapa yang tak senang, siapa yang tak bahagia jika setiap langkah selalu didukung meski sama-sama lelah, sama-sama pernah terkantuk-kantuk di jalan!

Minggu, 4 September 2016, setelah hampir genap delapan bulan menyelami lautan rumah tangga, kami launching buku 17 Kisah Perjalanan dari Lampung hingga Canberra. Buku ini memang masih 'keroyokan' dengan teman-teman FLP Lampung. Buku ini juga diterbitkan secara indie publishing. Namun sungguh, ini langkah kami untuk dapat meneruskan perjalanan dakwah bil qolam. Ya, menulis untuk menebar kebaikan, insya Allah....

Launching buku dilaksanakan di Malahayati Career Center (MCC) Universitas Malahayati. Kegiatan yang merupakan serangkaian Acara Talkshow Menulis dan Menerbitkan buku ini, berlangsung sukses. Dalam buku tersebut, berkisah perjalanan para penulis on  true story yang kemudian didedahkan dalam bentuk tulisan. Para penulis mengisahkan tulisan mereka ada yang melincah di Gunung Pesagi, Grojogan Sewu Tawangmangu, Teluk Kiluan-Kelumbayan, hingga Canberra-Australia. Kisah yang seru dan pastinya memperkaya kosakata. Bahasa yang teratur dan diksi yang menggelitik pun dijumpai dalam buku tersebut.   

Kami FLP, Kami Menulis! Ya, perjalanan di Forum Lingkar Pena (FLP) Lampung mengajarkanku bagaimana berjuang melalui tulisan. Di organisasi ini juga terpupuk silaturahim yang kental sehingga rindu selalu bertunas bila tidak saling bertemu. 

Kami FLP, Kami Menulis! 
Dua klausa yang menjadi inti benang merah kami. Aku dan suami insya Allah akan melanjutkan perjalanan menulis. Dakwah bil qolam. Semoga senantiasa dalam kebaikan di tulisan kami berikutnya. Insya Allah.... *


Sabtu, 11 Juni 2016

Sepuluh Tips Sukses Seleksi Administrasi Beasiswa LPDP

SIAPA yang belum tahu beasiswa LPDP? Yap, saya yakin rekan-rekan sudah mengetahui beasiswa yang OK punya milik Indonesia ini. LPDP singkatan dari Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan. Di bawah naungan Menteri Keuangan bekerja sama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, beasiswa LPDP memiliki berbagai jenis beasiswa, seperti beasiswa program magister dan doktor, beasiswa tesis dan disertasi, beasiswa afirmasi, beasiswa spesialis kedokteran, dan Presidential Sholarship.
dok.pict.google.com
Bagi rekan-rekan sebagai pelamar LPDP, jangan khawatir untuk biaya hidup setelah resmi menjadi penerima beasiswa. Di beasiswa ini semua biaya perkuliahan, hidup, dan lain-lain akan ditanggung bila kamu telah menjadi awardee. Kalau saya mengibaratkanya, ‘kita hanya membawa badan saja’ kalau sudah resmi menjadi awardee. Nah, sekarang pertanyaannya, apa sih awardee? Awardee adalah pelamar beasiswa yang telah sah menjadi penerima beasiswa dengan mengikuti serangkaian tes, seperti seleksi pemberkasan, wawancara, menulis esai, dan LGD (Leaderless Group Discussion). 


Alhamdulillah, dua hari lalu saya mendapatkan kabar bahwa saya lulus beasiswa LPDP. Senang, sangatlah pasti. Siapa yang tak ingin menuntut ilmu lebih tinggi, tetapi kita tidak mengeluarkan biaya? Saya yakin, rekan sekalian sangat ingin melanjutkan studi dengan cara mendapatkan beasiswa. Nah, dalam hal ini, saya akan berbagi pengalaman bagaimana cara mendapatkan beasiswa LPDP yang kece ini.

1.  Buatlah Daftar Persyaratan Beasiswa LPDP
Nah, untuk point pertama, di website LPDP sudah menyediakan booklet beasiswa di http://www.lpdp.kemenkeu.go.id/ yang salah satunya berisikan syarat dan ketentuan mengikuti beasiswa LPDP. Saran saya, rekan-rekan mencatat syarat apa saja yang dibutuhkan. Mengapa? Dengan mencatat, memiliki daya ingat yang lebih tinggi dibandingkan menge-print booklet sehingga kita akan hafal syarat apa saja yang belum dan telah terpenuhi.

2.  Siapkan Waktu Cukup Banyak
Point kedua, siapkanlah waktu cukup banyak. Mengapa? Karena persyaratan beasiswa LPDP cukup banyak. Bila kamu menyiapkan pemberkasan dalam waktu dekat apalagi mendadak, kamu akan ‘kalang kabut’ dan ujung-ujungnya tidak fokus dan pasti ada saja yang tertinggal.

3.  Syarat dan Ketentuan Beasiswa
Untuk pemberkasan beasiswa LPDP, hal yang mesti disiapkan adalah ijazah di strata terakhir, transkrip nilai, sertifikat bahasa asing (TOEFL), SKCK, KTP, surat izin belajar sesui format LPDP, surat rekomendasi sesuai format LPDP, surat pernyataan tidak sedang dan tidak akan menerima bantuan lain saat apply beasiswa, surat pernyataan sanggup mengabdi untuk kepentingan bangsa dan negara setelah menyelesaikan studi, surat keterangan berbadan sehat, surat bebas narkoba, surat keterangan sanggup menyelesaikan studi sesuai waktu yang ditentukan, dan menulis tiga esai (tema: Kontribusiku bagi Indonesia, Sukses Terbesar dalam Hidupku, dan Rencana Studi). Nah, kalau untuk beasiswa luar negeri, biasanya ada tambahan surat keterangan bebas TBC. Untuk lebih jelasnya, bisa langsung cek di web resmi beasiswa LPDP.

4.  Buatlah Deadline Selain Deadline dari LPDP
Apa maksudnya? Begini, beasiswa LPDP sepanjang tahun membuka pendaftaran untuk putra-putri bangsa Indonesia. Akan tetapi, rekan-rekan alangkah lebih baik kalau membuat deadline jauh-jauh hari sebelum penentuan tanggal akhir pengiriman berkas tiap periode melalui online. Mengapa? Biasanya, di hari terakhir pendaftaran sering terjadi loading yang lama. Banyak pelamar beasiswa yang sulit log in. Maka buatlah takaran waktu, kapan harus daftar online, kapan harus meng-upload berkas online. Kalian tidak inginkan usaha kalian sia-sia kan?

Berdasarkan pengalaman saya, saya mendaftarkan diri saya satu bulan sebelum penutupan periode. Apakah semua berkas saya kumpulkan juga? Jawabannya, tidak. Mana yang dahulu rampung, langsung saya upload. Saya benar-benar sangat menghargai usaha ini. Misal, antara mengurus SKCK, surat keterangan sehat dengan menulis essai, saya akan mendahulukan mengurus SKCK dan surat keterangan sehat. Mengapa? Sebab menulis essai membutuhkan ide dan literatur yang menunjang sesuai tema. Buatlah kerangka pikir hal apa saja yang ingin disampaikan di point menulis essai. Penulisan essai salah satu yang menentukan kelulusan kita mendapatkan beasiswa atau tidak.

5.  Siapkan Curriculum Vitae

Dalam curriculum vitae terdapat biodata, pendidikan formal, pengalaman bekerja, hingga prestasi yang pernah diraih. Semua yang terdapat dalam curriculum vitae akan berguna saat pendaftaran online. Saat mendaftarkan online, kita mesti mengisi kolom-kolom yang berisikan nama lengkap, nomor KTP, email, dan bahkan nama kedua orangtua, pendidikan terakhir, dan juga penghasilan orangtua. Isilah dengan jujur! Sebab dengan kejujuran akan memudahkan langkah kita. Insya Allah....

6.  Tidak Hanya Curriculum Vitae

Ya, dalam seleksi pemberkasan pun, tidak hanya dibutuhkan curriculum vitae, tetapi juga semua sertifikat yang pernah kita dapatkan dalam mengikuti lomba, seminar, atau sebagai pemateri. Jangan sepelekan sertifikat yang pernah diperoleh. Semakin banyak sertifikatmu akan menunjukkan seberapa aktif dirimu selama ini. Eitts, bukan berarti kamu pengumpul sertifikat ya! Hanya saja, mungkin ini adalah manfaat mengikuti kegiatan dan mendapatkan sertifikat atau pun piagam. Lagi dan lagi, jangan pernah membual terkait kegiatan apa saja yang pernah diikuti. Isi apa adanya. Dibuatlah daftar kegiatan dari tahun terkecil hingga di tahun terakhir.

7.  Siapkan Uang, Tidak Salah
Tidak dinafikkan, untuk mengurus beasiswa, pasti akan mengeluarkan biaya. Misal, saat membuat SKCK, pasti akan mengocek kantong. Tetapi tidak terlalu mahal kok, biasanya biaya administrasi. Nah, belum lagi membuat surat keterangan bebas narkoba sebesar Rp299.000,00 dari rumah sakit provinsi dan biaya cek kesehatan. So, selain siapkan berkas-berkas, perlu sekali kita menyiapkan uang lebih untuk menggenapkan proses pendaftaran beasiswa. Tidak akan rugi kok. Selagi kita melakukan dengan maksimal dan dengan hati tulus, Allah akan mengembalikannya lagi ke diri kita.

8.  Fokus Menulis Tiga Essai

Sejak Periode April 2015, peraturan terbaru pelamar beasiswa harus membuat tiga esai yang meliputi tema Kontribusi bagi Indonesia, Sukses Terbesar dalam Hidup, dan Rencana Studi, yang sebelumnya hanya dua essai. Tak masalah dengan penambahkan penulisan esai. Anggap saja melatih kecakapan menulis. Oya, yang mesti diperhatikan juga, masing-maisng essai minimal 500—700 karakter.

Nah, hal yang mesti disiapkan pada point ini adalah lagi-lagi kejujuran dari hatimu, kontribusi apa saja yang pernah, sedang, dan akan kamu lakukan. Jangan sampai kamu mengada-ada sebab nanti saat wawancara akan ditanya sesuai dengan apa yang kamu sampaikan dalam bentuk tertulis meskipun ada bagian-bagian privasi yang ditanyakan oleh interviewer. Lakukanlah terbaik, ya! Oya, kamu juga perlu perhatikan judul essai yang menarik. Ingat, ketika disajikan tema essai maka tema bukanlah judul sehingga buatlah judul. Misal, tema Kontribusiku bagi Indonesia, saya membuat judul Pendidikan, Modal Eksistensi Diri dan Bangsa. Kemudian essai dengan tema Sukses Terbesar dalam Hidupku dalam Hidup, saya membuat judul essai Sukses Hakiki di Taraf Tertinggi. Ini ada satu contoh essai yang saya buat saat mengikuti seleksi pemberkasan hingga akhirnya lulus tahap administrasi. Nah, silakan dari masing-masing tema yang telah ditentukan pihak LPDP, bisa rekan-rekan kembangkan sendiri. Jangan lupa, lakukanlah revisi tulisan. Perhatikan tatabahasa dan ejaan. Jangan sampai typo apalagi hubungan paragraf dengan paragraf lainnya tidak padu. Selamat menulis!
Contoh essai Kontribusiku bagi Indonesia:
                                    
                                       Pendidikan, Modal Eksistensi Diri dan Bangsa

                                                                                                           
    Tradisi menulis di Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan membaca, terlebih di kalangan generasi muda. Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal budaya dan karya sastra.
    Berdasarkan penelitian Programme for International Student Assessment (PISA), budaya literasi (membaca-menulis) masyarakat Indonesia pada 2012 terburuk kedua dari 65 negara yang diteliti di dunia. Indonesia menempati urutan ke-64 dari 65 negara tersebut.
Pada penelitian yang sama, PISA juga menempatkan posisi membaca Indonesia pada urutan ke-57 dari 65 negara yang diteliti.
    Menulis memiliki keterkaitan dengan membaca. Jika tradisi menulis turun di negeri ini, tak mustahil faktor utama karena minimnya budaya membaca. Mengapa demikian? Jelas, menulis merupakan out put dari apa yang dibaca. Dengan membaca, wawasan dan referensi akan bertambah sehingga ketika ingin menulis, ide-ide akan bermunculan dengan mudahnya. Dalam permasalahan rendahnya tradisi menulis, saya akan berperan di sini.  
    “Pendidikan merupakan senjata paling kuat yang bisa digunakan untuk mengubah dunia”. Pernyataan Nelson Mandela, tokoh luar biasa asal Afrika Selatan sukses menyetarakan status ras berkulit hitam-putih. Berdasarkan pernyataan tersebut, artinya pendidikan menjadi satu-satunya pijakan seseorang untuk bergerak lebih maju sehingga kebermanfaatan diri lebih terasa untuk alam dan sesama.
    Pendidikan, jelas menjadi modal eksistensi diri dan bangsa. Ketika seseorang mencapai ilmu pada strata lebih tinggi, keberadaan diri akan lebih bermanfaat. Seseorang yang paham dengan hakikat pendidikan maka dirinya akan menjadi “pelayan” negeri. 
    Ketika di bangku sekolah, saya yakin siapa pun memiliki cita-cita tinggi yang ingin dicapai agar dapat berkontribusi di masa datang. Salah satu kontribusi yang bisa dilakukan untuk Indonesia ialah dengan pengbdian diri di bidang pendidikan, khususnya di dunia kebahasaan dan kesusastraan Indonesia. Sebab melalui bahasa, segala informasi akan tersaji apik dan benar sesuai kaidah; melalui kesusastraan, seni berbahasa akan terus tersampaikan hingga di generasi berikutnya.  
    Terkait kontribusi, berhubungan dengan sumbangan apa yang telah diberikan untuk sesama, alam, dan negeri. Ada yang telah mengontribusikan diri membangun Sekolah Darurat Kartini untuk para anak jalanan seperti yang telah dilakukan dua ibu kembar, Siti Rossyati dan Sri Irianingsih. Ada juga Sadiman, Pahlawan Penghijauan asal Wonogiri yang menanam seribu pohon di hutan demi keberlangsungan anak cucu di masa depan. Demikian juga saya yang telah mencoba menyumbangsihkan diri untuk Indonesia.
    Hampir empat tahun saya dan rekan-rekan bergabung di Forum Lingkar Pena (FLP), organisasi besutan Penulis Helvy Tiana Rosa, Maimon Herawati, dan Asma Nadia. FLP mencakup tiga aspek, yakni keorganisasian, kepenulisan, dan keislaman. Selama beberapa tahun ini, saya telah mengontribusikan diri untuk negeri melalui FLP. Saya dan rekan-rekan seperjuangan senantiasa mengadakan kelas menulis bagi para calon anggota yang tertarik di bidang kepenulisan. Beberapa kelas menulis yang kami programkan, seperti cerita anak, puisi, cerita pendek, opini, ejaan, hingga cara mempublikasikan karya.
    Selain kegiatan menulis, tiap Minggu pagi kami selalu membuka Taman Baca Masyarakat (TBM) FLP Lampung. Tiada lain tujuan TBM dibuka sejak 2012 lalu untuk membudayakan kegiatan membaca masyarakat. TBM dibuka sejak pukul 6 hingga 10.30 pagi. Buku yang kami sajikan beragam. Siapa pun bisa meminjam.
    Kegiatan sosial tak berhenti di situ. Secara rutin, kami mengadakan Gerakan Sekolah Menulis (GSM) ke pulau-pula di Lampung. Di sana kami berbagi bahagia dengan cara mendongeng, mengajarkan menulis cerita, bermain, hingga membagikan buku bacaan. Semua itu saya dan rekan-rekan lakukan untuk Indonesia agar anak-anak gemar membaca dan menulis.   
    Mendidik, menulis, dan berorganisasi, tiga sisi yang tak lepas dari hidup saya. Ilmu di S-1 di Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Lampung, merajuk diri saya untuk menggapai mimpi di bidang mengajar, menulis, dan mentransfer ilmu pada khalayak.
Sebagai Guru Bahasa Indonesia di SMA Islam Terpadu Ar Raihan, saya berusaha mungkin memupuk anak didik saya mencintai menulis. Sejak dua tahun lalu saya mendirikan ekstrakurikuler jurnalistik dan membina siswa. Kami telah menghasilkan buletin sekolah, peliputan berita, piala lomba reporter, dan pembuatan antologi cerpen. Selain itu, saya sempat menjuarai beberapa perlombaan menulis hingga di tingkat nasional. Beberapa kesempatan saya pun menjadi pemateri workshop menulis di organisasi-organisasi di Unila dan IAIN Bandarlampung.
    Sebagai insan, saya memiliki banyak mimpi. Menjadi seorang pendidik yang cakap keilmuan, memunyai taman baca dan perpustakaan, serta pemilik sekolah menulis sehingga dapat memerankan diri menularkan virus membaca dan menulis untuk putra-putri bangsa agar persentase literasi tidak memojokkan keberadaan Indonesia. Namun lagi-lagi memerlukan pendidikan yang lebih tinggi sebagai modal eksistensi diri dan bagsa. (*)

9.  Lakukan Terbaik
Setelah semua point pemberkasan siap, silakan upload masing-masing persyaratan. Sempat saya paparkan sebelumnya, cicillah dari hal yang kecil, misal mendaftarkan diri terlebih dahulu dengan mengisi biodata dan upload foto. Akan tetapi, semua itu pilihan. Hanya saran dari saya. Jika kira-kira semua sudah selesai, maka ceklah kembali! Jangan sampai setelah  submit, ternyata masih ada yang tertinggal. Amat disayangkan kan kita sudah serius mendaftarkan diri, tetapi ada yang tertinggal. Ingat, jika kamu ingin lulus beasiswa, maka jangan sekali-kali abaikan seleksi pemberkasa. Lakukanlah yang terbaik untuk dirimu!

10.  Tak Terlepas Doa dan Memantau Web

Yap, semua berkas sudah dikirim dan di-submit. Ini adalah satu tahap ikhtiar sebelum berlanjut pada tahap berikutnya jika seleksi administrasimu lulus. Berdoalah dan pantaulah web. Apalagi jika pada tanggal pengumuman kelulusan seleksi administrasi. Pastikan emailmu selalu aktif agar memudahkan pihak LPDP mengirimkan informasi terkait kelulusan.

Sekian pemaparan untuk Seleksi Tahap I. Jika rezekimu, kamu akan masuk di tahap II, yakni tes wawancara, menulis essai on the spot, dan LGD (Leaderlees Group Discussion). Semangat lakukan yang terbaik untuk apply beasiswa ini ya! Semoga sukses.

Kamis, 09 Juni 2016

WhatsApp, Harga Diri Saya Jatuh!

     WhatsApp, ponsel siapa yang tidak memiliki aplikasi canggih ini. Dalam hitungan detik, segala pesan dapat segera diterima. Terlebih fitur terbaru yang dihadirkan WhatsApp dengan adanya pengiriman dokumen. Alhasil, siapa pun akan mudah juga untuk mengirimkan file tertentu ke nomor tujuan yang diinginkan. 
gambar: ilustrasi
     WhatsApp mulai tren beberapa tahun belakangan ini. Aplikasi yang bisa dengan mudah di-download di ponsel android memang memiliki banyak peran. Tak hanya fitur terbaru yang sempat dipapar, tetapi juga pengirim dapat menyampaikan video, suara, gambar, dan pastinya pesan berupa tulisan sebagai penggeser SMS (short message service).
     Kehadiran WhatsApp memang sangat memudahkan siapa pun. Dari urusan sekolah, kantor, hingga bisnis. Namun, siapa sangka, keberadaan aplikasi ini dapat merugikan orang lain, mengecewakan orang lain, dan tak bisa dimungkiri, memaki WhatsApp sebagai bentuk peluapan amarah. Lho, kok bisa? Jawabannya, ya pasti bisa!
     Di tempat saya bekerja merupakan sekolah berbasis islam dan teknologi. Segala media pembelajaran guru dibuat dalam bentuk power point dan dikirim melalui e-library. Bagus. Moderen. Canggih. Kalimat-kalimat minor itu tampak dari perkembangan teknologi saat ini. Tanpa bertemu sang pemberi ilmu, materi pelajaran dapat diunggah dari komputer jinjing para siswa. Praktis. Ya, sama dengan WhatsApp. Siapa pun bisa mengirim pesan secara langsung. Tanpa hitungan menit. Tanpa melihat status siapa yang dikirimi pesan. Inilah fakta!
     Belum lama, saya menggerutui aplikasi moderen WhatsApp. Karena kecanggihan WhatsApp, saya hampir kehilangan peran saya sebagai guru. Ya, seorang guru yang semestinya digugu dan ditiru. Dan karena aplikasi ini, hampir dua hari saya merasakan sedih. Bukan urusan melankolis, tapi lagi-lagi WhatsApp telah menjatuhkan harga diri. Lho, kenapa lagi? Bukannya mempermudah? Sederet pertanyaan yang sempat menyeruak begitu saja.
      Begini, sejak Ramadan, ini kali pertama saya membangun rumah tangga bersama pasangan hidup saya. Tak salah, kami berdua membuat targetan Ramadan yang ditempel di dinding rumah kami yang amat sederhana. Tak banyak juga list targetan kami selama Ramadan. Tak ada tujuan lain, selain ingin membentuk pondasi keluarga yang lebih dekat pada Rabb-nya. Terus terang, salah satu targetan yang kami buat adalah membatasi internet time, alias pembatasan diri berselancar dengan internet. Alhasil, tak salah kalau data internet acapkali diaktifkan dan nonaktifkan. Dan informasi sebelumnya dari grup WhatsApp sekolah, jam kehadiran kerja pukul 8 pagi. OK. Jelas. Paham.
      Tiga hari masa libur awal Ramadan. Saya menikmati bulan mulia tersebut sambil diselingi editan antologi cerpen jurnalistik yang mesti publish sebelum pelaksanaan MOS (masa orientasi sekolah). Urusan ponsel dan internet, saya nomor sekiankan. Menurut saya, itu tak salah.
     Namun memang bencana menjadi manusia yang tak memantau perkembangan internet, khususnya WhatsApp. Tanpa sepengetahuan saya dan karena jumlah kuota yang tersisa sedikit, saya tertinggal informasi di grup WhatsApp. Di grup tersebut, ada pergantian jam kehadiran, yang semestinya pukul 8, diubah pukul 7.30 pagi. Tak hanya itu, Pesantren Kilat (Sanlat) yang baru diberitahu belum lama ini, disampaikan pula para pemateri yang mengisi tausiyah, materi keislaman. Ya, melalui WhatsApp informasi-informasi tersebut disampaikan. Bahkan, H-1 sebelum pelaksanaan, kami dipinta untuk mengecek jadwal dan materi di e-library sementara kami sedang libur sekolah. Terlebih, tak mudah e-library diakses melalui ponsel.
     Sayangnya dan sayang sekali, saya baru mengetahui informasi tersebut pada hari masuk kerja di Bulan Ramadan. Apalagi, saya hadir di sekolah pukul delapan kurang lima menit. Tidak terlambat pastinya sesuai informasi awal yang saya dapatkan! Saya langsung ke ruang guru, meletakkan tas dan barang lainnya di meja kerja saya. Ada satu hal yang membuat saya terkejut bahwa kami disuruh mengisi materi sanlat! Panik belum menyiapkan materi, pastinya. Terlebih nama saya tercantum sebagai pemateri di hari pertama.
      Tak lama, rekan saya datang ke ruang guru. Ia menyampaikan, kami para guru dipinta untuk ke masjid. Segera! Atas permintaan atasan. Saya menuruti sebab saya pikir, saya baru saja tiba di sekolah dan memang rutinitas kami langsung menuju masjid untuk melaksanakan salat dhuha bersama. Sampainya di masjid, dengan wajah innosense, saya mendapatkan wajah kepala sekolah cukup tegang, tanpa senyum, dan ekspresi yang menurut saya kurang sedap dipandang.
      Setelah pembukaan pesantren kilat, saya mendapat kabar, ternyata kepala sekolah saya tadi di hadapan para siswa bernada cukup keras menyuruh dewan guru untuk hadir di masjid. Dan ini merupakan kalimat teguran seorang guru dari atasan di hadapan semua siswa. Parahnya lagi, kalimat bernada keras ini bukan kalimat pertama.
     Saya tercenung. Sedih. Begitukan standar atasan kepada bawahan? Tidak bisakah menahan amarah dan bertanya dua pasang mata dengan cara baik-baik? Saya menaruh kata lumrah secara logika bahwa atasan berhak marah pada bawahan. Namun lagi-lagi, hati saya menolak. Cara yang tak bijak dan menjatuhkan harga diri guru dihadapan siswa. Kami adalah guru.
      Saya membatin. Jelas saya kesal. Yang pertama, perubahan jadwal kerja diubah secara mendadak. Kedua, jadwal pemberian materi sanlat juga mendadak. Dan semua itu disampaikan melalui WhatsApp. Ya, aplikasi ini menjadi otak onarnya. Gegara WhatsApp, banyak rekan yang tidak tahu kalau jam kerja berubah. Gegara WhatsApp, ‘sentuhan-sentuhan’ silaturahim rasanya sedikit memudar.
      Sebenarnya, dengan memberikan informasi secara langsung atau secara edaran tertulis, ada kesan baik dan saling hormat di dalamnya. Namun kini, teknologi canggih sepertinya membuat jauh. Bila ada kalimat, ‘kemajuan teknologi mendekatkan yang jauh’, maka tak salah juga kalimat tersebut saya putar balikkan menjadi ‘kemajuan teknologi menjauhkan yang dekat’ dan ini yang sedang terjadi. Informasi-informasi disampaikan melalui WhatsApp, termasuk info secara dadakan. Dengan begini, seolah melalui WhatsApp semua informasi akan tersampaikan dan semua akan tahu. Namun ada yang terlupa, ternyata WhataApp pun butuh kuota. Untuk mendapatkan kuota, kita mesti mengocek kantong.  Dan sayangnya, tak semua orang dapat dengan mudah mengocek kantongnya.
     Dengan WhatsApp, semua akan terjadi. Kemudahan informasi, termasuk kemudahan amarah. Semua dipukul rata bahwa telah mengetahui informasi yang disampaikan melalui aplikasi berwarna hijau ini. Tanpa pertanyaan mengapa tidak datang ke masjid awal dan sebagainya? Dan karena WhatsApp, atasan bisa dengan mudah marah begitu saja. Tak dinafikkan, harga diri jatuh gegara WhatsApp. *



Rabu, 01 Juni 2016

Menjadi Pahlawan Melalui Buku

Kegiatan membaca saat Taman Baca Masyarakat FLP digelar
     Tingkat baca masyarakat Indonesia masih tergolong rendah hingga kini. Pernyataan yang acap kita dapatkan, memang riil terjadi di negeri ini. Berdasarkan penelitian Programme for International Student Assessment (PISA), budaya literasi (membaca-menulis) masyarakat Indonesia pada 2012 terburuk kedua dari 65 negara yang diteliti di dunia dan Indonesia menempati urutan ke-64.
    Tidak terbayangkan jika kondisi demikian terus-menerus berlangsung. Kebodohan pastinya tidak bisa dihindari. Remaja Indonesia asyik terbuai dengan suguhan aplikasi di ponsel pintar miliknya. Belum lagi, sekarang banyak acara televisi menyajikan tayangan yang membuat remaja jauh dari dunia membaca. Semua itu menjadi salah satu penyebab mengapa tingkat membaca di Indonesia rendah. 

    Menulis dan membaca saling berkaitan satu sama lain. Jika tradisi membaca di Indonesia rendah, tak mustahil rendah pula tingkat keterampilan menulis. Mengapa demikian? Jelas, menulis merupakan out put dari apa yang dibaca. Semakin rendah wawasan dan kosakata yang didapat karena jarangnya membaca maka terbataslah ide dan kosakata yang dikuasai seseorang.
    Berdasarkan permasalahan tersebut, kini cukup banyak komunitas hadir sebagai bentuk kepedulian mereka. Ada komunitas yang menyewakan buku bacaan dengan nominal harga per hari hingga harga denda bagi peminjam buku yang telat mengembalikan buku pinjaman. Ada juga perpustakaan keliling dengan ikhlas menanti para pengunjung yang meminjam buku bacaan lalu dibacanya di area sekitar perpustakaan.
   
    Forum Lingkar Pena (FLP) merupakan organisasi kepenulisan hasil besutan Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, dan Muthmainnah serta beberapa rekan dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Mereka bertemu di Masjid Ukhuwah Islamiyah, Universitas Indonesia guna mendiskusikan minat membaca dan menulis di kalangan para remaja Indonesia. Hal demikian dilakukan karena melihat desakan kebutuhan masyarakat akan bacaan bermutu.
    FLP resmi didirikan pada 22 Februari 1997 sebagai badan otonom Yayasan Prima dan Helvy Tiana Rosa terpilih sebagai Ketua Umum. Sebagai salah satu media, Majalah Annida yang digawangi Helvy Tiana Rosa berperan sebagai wadah sosialisasi organisasi yang paling efektif. Seiring berjalannya waktu, anggota FLP semakin bertambah. Perwakilan wilayah dan cabang FLP pun tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, tanpa terkecuali di Lampung.
    Tiga tahun setelah terbentuknya Forum Lingkar Pena, organisasi yang bergerak di bidang
    FLP Lampung memiliki program kerja kurang lebih sama dengan FLP wilayah lainnya. FLP Lampung kini bersekretariat di Jalan Ikan Kiter No.33 Teluk Betung Selatan, Bandarlampung dan cukup rutin mengadakan kelas menulis. FLP Lampung memiliki enam cabang meliputi FLP Metro, FLP Lampung Timur, FLP Lampung Utara, FLP Bandarlampung, FLP Lampung Selatan, dan belum lama ini diresmikan lahirnya FLP Lampung Tengah. Masing-masing cabang dipimpin ketua yang berdomisili di tempat asal cabang FLP tersebut.
    Masa kepengurusan FLP Lampung mengalami pergantian tiap dua tahun sekali. Struktur organisasi FLP Lampung terdiri atas Ketua Tri Sujarwo yang digantikan Destiani sebagai PJS dan sekaligus merangkap sekretaris wilayah. Kemudian Sri Utami menjabat sebagai bendahara, Novi Rina Sari sebagai Ketua Kaderisasi, dan Gustina sebagai Ketua Rumcay (Rumah Cahaya Hasilkan Karya). Jumlah pengurus FLP Lampung memang tidak sebanyak di cabang karena tugas pokok dan fungsi FLP wilayah, sebagian besar memonitori program kerja di FLP cabang.
    Forum Lingkar Pena adalah organisasi nonprofit. Kami menjalankan organisasi ini dengan kemurnian niat untuk membangun kepedulian terhadap membaca dan menulis masyarakat. Bagi masyarakat yang ingin bergabung dengan FLP, caranya sangat mudah. Calon anggota dapat langsung mengisi formulir pendaftaran, mengumpulkan fotokopi KTP, foto ukuran 3x4 cm, mengumpulkan karya dapat berupa cerpen, esai, puisi, cerita anak, atau jenis tulisan lainnya. Yang terpenting adalah calon anggota memiliki bakat dan minat menulis. Kemudian, calon anggota cukup membayar registrasi sebesar Rp35.000,00 dan itu merupakan biaya keseluruhan selama menjadi anggota FLP.
    Adapun bila FLP Lampung ingin mengadakan seminar, kami menjual tiket, mendapatkan sumbangsih dari para pengurus di tahun-tahun sebelumnya, juga sponsor yang bekerja sama dengan kami. Selebihnya, kami tidak mendapatkan dana secara kontinyu. Hanya saja kami secara rutin mengumpulkan uang kas guna membiayai keperluan kelas menulis untuk pemateri dan konsumsi.
    Sempat diuraikan pada paragraf sebelumnya bahwa FLP Lampung memiliki divisi Rumcay. Rumcay merupakan bentuk aktualisasi kami sebagai kepedulian terhadap membaca. FLP ingin membangun dunia membaca, menebar virus gemar membaca. Tiada lain tujuan yang kami capai, terkecuali membangkitkan semangat membaca. Dari membaca akan temukan banyak ide-ide kreatif dan kosakata yang kelak membantu si pembaca untuk menghasilkan tulisan.
    Di FLP Lampung, Rumcay biasa kami sebut Taman Baca Masyarakat (TBM). TBM FLP Lampung merupakan perpustakaan yang kami gelar tiap Minggu pagi, pukul 6 hingga 10 di trotoar Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Lampung. Berbagai buku kami sediakan di sana. Ada fiksi dan nonfiksi. Ada buku motivasi, novel, islami, majalah anak hingga dewasa. Tak tertinggal buku resep masakan pun hadir di taman baca.
    Tiap Minggu pagi, banyak masyarakat yang melakukan olahraga pagi di sekitaran GSG Universitas Lampung. Mereka sekadar melakukan joging atau pun jalan santai bersama keluarga. Tak hanya itu, di sana pun diramaikan dengan para pedagang makanan, seperti nasi kuning, lontong sayur, sate ayam, sosis bakar, dan masih banyak menu lain yang dijajakan. Selain berbagai kuliner, dijajakan juga barang dagangan seperti pakaian, rempah-rempah herbal untuk wanita, hingga mainan anak-anak. Di tempat itulah kami sepakat sejak tiga tahun lalu menggelar peminjaman buku dengan beralaskan banner bekas.
    Cara peminjaman buku di TBM FLP Lampung amatlah mudah. Kami menyediakan satu buku yang berisi daftar peminjam dan pinjaman buku. Modal yang kami terapkan hanyalah sistem kepercayaan. Kami tidak meminta barang tangguhan, juga tidak meminta uang peminjaman ataupun denda bagi peminjam yang telat memulangkan buku. Kami cukup meminta data peminjam, seperti nama lengkap, alamat rumah, dan nomor handphone. Jumlah buku yang dipinjam maksimal tiga. Boleh buku jenis apa pun. Waktu peminjaman buku selama satu minggu. Itu pun peminjam buku boleh menambah durasi waktu.
    Suatu ketika, pernah ada yang menganggap kami penjual buku. Selain itu, kami pun pernah dimarahi petugas setempat lantaran kami dikira pedagang yang tidak melapor. Kami tegaskan saat itu, kami bukanlah pedagang. Kami dari pengurus FLP Lampung  membudayakan gemar membaca sehingga kami membuka lapak peminjaman buku. Barulah sejak itu, kami tidak lagi dilarang untuk melakukan aksi sosial dan tidak lagi dipinta biaya kebersihan.     
    Tiap Minggu pagi, kami relakan waktu bercengkarama bersama keluarga demi Taman Baca Masyarakat FLP Lampung. Saling membahu membawa satu koper buku, satu tas ransel besar, serta beberapa plastik yang dipenuhi buku-buku. Acapkali kondisi perut masih kosong, belum diisi sedikit makanan, tetapi kami mesti segera menuju lokasi sebelum matahari naik terlalu tinggi. Di taman baca inilah kami merasakan adanya ikatan emosional yang sama-sama peduli terhadap membaca. Di taman baca ini pula kami saling bersapa dengan para pedagang sekitar dan peminjam buku sehingga kini ada sikap hangat kami satu sama lain.
    Komitmen dan konsisten kami terapkan di program kerja ini. Taman baca tiap akhir pekan selalu hadir dan menjadi warna yang berbeda. Kami tidak akan meliburkan diri, terkecuali ada waktu mendesak yang membuat kami harus izin. Bila pun ada keperluan, kami silih berganti menunggu taman baca.
    Ada satu kisah yang membuat kami tersenyum menjalani taman baca ini. Saat kami tengah menjaga taman baca, cuaca tiba-tiba berubah. Mendung tidak bisa dihindari. Langit gelap, tidak seperti biasanya dan tak lama hujan jatuh begitu saja. Spontan, kami menyelamatkan buku-buku yang terjaja. Sebagian buku kami masukkan dalam tas dan koper, sedang sisanya kami tutup dengan banner, dengan penuh harap buku tidak basah karena aliran hujan cukup deras.
    Tak sedikit yang merasa iba dan haru dengan aksi sosial gerakan taman baca. Ada peminjam buku yang memberikan uang kepada kami dengan sedikit memaksa. Katanya, untuk sekadar uang jajan. Belum lagi, ibu pedagang nanas yang kerap memberikan sebungkus dua bungkus nanas madu yang dijajakan. Hitung-hitung mengganjal perut sambil menjaga buku bacaan.
    TBM FLP Lampung telah berjalan beberapa tahun. Banyak masyarakat yang mengetahui keberadaan kami. Tidak jarang, ada pembaca yang meminjam buku, kemudian mereka  menawarkan buku-buku koleksinya untuk dihibahkan ke taman baca. Selain itu, beberapa kali taman baca kami mendapatkan hibahan buku dari beberapa penerbit lokal dan nasional.
    Jika taraf persentase membaca di Indonesia rendah, biarkan Forum Lingkar Pena sebagai sarana membangkitkan budaya membaca melalui taman baca masyarakat. Forum Lingkar Pena bukan sekadar organisasi. Di organisasi ini kepedulian terhadap membaca dan menulis sangat tertanam sebagai bentuk ikhtiar meningkatkan kecerdasan masyarakat Indonesia dengan bacaan bermutu. Biarkan kami menjadi pahlawan masyarakat melalui buku-buku yang kami gelar di banner bekas, tiap Minggu pagi, memangkas waktu bercengkaram kami bersama keluarga. Semoga kami senantiasa menjadi pahlawan. (*)  


Membedakan Sifat-Sifat dan Ragam Bahasa

Silakan pahami narasi-narasi berikut sehingga Saudara dapat memahami perbedaan sifat-sifat bahasa! 1. Fakta sejarah bahwa orang atau kelompo...