Minggu, 11 November 2012

Menyeduh Lara

Mengapa ada tangis?
Bukankah lara itu sejak dulu Kau yang seduh, tapi baru Kau teguk kini.
Nikmatilah.

Sabtu, 10 November 2012

Kekhalifahan Abu Bakar Shiddiq RA

 Oleh: Samin Barkah, Lc


Masa Kekhalifahan Abu Bakar Shiddiq RA dari 11 Rabiul Awal 11 H sampai 11 Jumadil Akhir 13 H (2 tahun, 3 tahun dan 10 hari)
Ketika Rasulullah saw wafat, para sahabat berselisih pandangan. Sebagian sahabat mengatakan bahwa Rasulullah saw telah wafat dan sebagian yang lain mengatakan bahwa Rasulullah saw tidak meninggal. Ketika berita kematian Rasulullah saw sampai ke Abu Bakar Shiddiq RA, beliau mendatangi rumah Rasulullah saw dan membuka penutup wajah lalu menciumnya dan telah ternyata Rasulullah saw telah wafat. Kemudian beliau keluar dan menemui para sahabat lalu berkata,
“Barang siapa yang menyembah Muhammad, ketahuilah bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad saw telah wafat. Barang siapa yang menyembah Allah Taala, ketahuilah bahwa Allah Hidup, tidak wafat. Allah berfirman,

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ
“Dan Tidaklah Muhammad itu, melainkan seorang Rasul. Telah wafat sebelum ini para Rasul. Apakah jika Rasul wafat atau terbunuh, kalian akan berpaling dari ajarannya?”
Abu Bakar membacakan ayat ini kepada para sahabat, termasuk kepada Umar bin Khathab RA Saat itu seakan-akan mereka baru pertama kali mendengar ayat tersebut.
Setelah mendengar ayat ini, hati mereka menjadi tenang dan hilanglah segala kegundahan dan keraguan. Kemudian kaum muslimin berkumpul di Saqifah Bani Sa’adah. Di sana mereka bermusyawarah perihal pengganti Rasulullah saw sebagai pemimpin tertinggi kaum muslimin.
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan umat Islam, antara kaum sahabat Anshar dan sahabat Muhajirin. Masing-masing mengunggulkan kandidat-kandidat kaumnya untuk tampil sebagai khalifah. Pemuka Anshar, Basyir bin Saad r.a, menentramkan kaumnya dengan mengingatkan bahwa kaum Anshar membela Islam semata-mata untuk mencari ridha Allah Taala serta sebagai bentuk ketaatan pada Rasulullah saw hingga tidak pada tempatnya untuk berebut kekuasaan dengan Muhajirin. Taushiyah yang disampaikan dengan sangat bijaksana ini akhirnya mampu mendinginkan hati sahabat Anshar.

Dari sahabat Muhajirin, Abu Bakar RA mengusulkan untuk mengangkat Umar bin Khathab RA dan Abu Ubaidah bin Jarrah r.a untuk menjadi khalifah pengganti Rasulullah saw. Namun keduanya langsung menolak, bahkan Umar bin Khathab langsung memegang tangan Abu Bakar r.a dan membaiatnya menjadi khalifah diikuti oleh Abu Ubaidah r.a, Basyir bin Saad r.a, dan para sahabat lainnya.

Abu Bakar Shiddiq RA adalah salah seorang sahabat yang pertama masuk Islam. Beliau giat melakukan dakwah meski di bawah tekanan, dan beliaulah sahabat Rasul saw yang secara eksplisit namanya diabadikan dalam Al-Quran. (At-Taubah:40)

Selain itu track record beliau sebagai orang yang ‘bersih’, berani, tegas, dan memiliki keberpihakan pada masyarakat kecil telah diakui oleh para konstituennya tersebut. Selain itu sifat rendah hati Abu Bakar Ash-Shiddiq RA tidak luntur meski dia terpilih menjadi khalifah secara aklamasi.
Tidak ada seorang pun yang menolaknya, termasuk Ali bin Abi Thalib (sebagian orang menyangka bahwa ia telat berbaiat kepada Abu Bakar Shiddiq r.a).

Ibnu Katsir berkata, “Baiat Ali bin Abi Thalib kepada Abu Bakar Shiddiq RA terjadi pada hari pertama atau hari kedua pengangkatannya. Sesungguhnya Ali bin Abi Thalib tidak pernah berselisih paham dengan Abu Bakar Shiddiq RA dan tidak ada satu shalat pun yang dikerjakan Ali tidak berjamaah mengikuti Abu Bakar Shiddiq RA Ali bin Abi Thalib r.a juga ikut Abu Bakar Shiddiq RA ke Dzul Qishah untuk memerangi penduduk yang murtad dari agama Islam. Akan tetapi terjadi sesuatu pada Fathimah RA yang mencela Abu Bakar Shiddiq RA karena dia menyangka bahwa dia akan mendapatkan warisan dari Rasulullah saw sebagai anak. Fathimah RA sendiri belum mengetahui hadits Rasulullah saw kepada Abu Bakar Shiddiq RA dan para sahabat yang menyebutkan,

إِنَّا مَعْشَرَ الأَنْبِيَاءِ لا نُورَثُ مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ  
“Sesungguhnya kami, para nabi tidak meninggalkan warisan dan apa-apa yang kami tinggalkan adalah sedekah buat kaum muslimin.”
Dengan dasar hadits tersebut, Abu Bakar Shiddiq RA tidak memberikan warisan kepada Fathimah RA dan istri-istri Rasul. Ketika Fathimah RA meminta Ali bin Abi Thalib RA untuk menanyakan tanah yang di Khaibar, Abu Bakar Shiddiq RA tidak menjawabnya karena dalam pandangan Abu Bakar Shiddiq RA dialah yang mengurus semua peninggalan Rasulullah saw. Peristiwa itu menambah kecewa dan marahnya Fathimah RA hingga ia tidak mau berbicara dengan Abu Bakar Shiddiq RA sampai Fathimah meninggal, enam bulan sejak wafatnya Rasulullah saw. Kondisi inilah yang membuat Ali merasa perlu memperbaharui baiatnya kepada Abu Bakar agar ketegangan antara Fathimah RA dan Abu Bakar Shiddiq RA tidak menimbulkan fitnah bagi kaum muslimin.
Perselisihan antara Fathimah RA dan Abu Bakar Shiddiq RA meninggalkan celah menganga di internal kaum muslimin dengan kemunculan kelompok Ar-Rafidhah.
Pidato Politik Pertama Abu Bakar Shidddiq r.a:
Amma ba’du…
Wahai para sahabat, aku telah diserahi tugas sebagai khalifah, padahal aku bukanlah orang terbaik di antara kalian. Karena itu, jika aku melakukan kebaikan, maka bantulah aku, jika aku berbuat salah, maka ingatkanlah aku.
Jujur itu amanah, sedang dusta itu khianat.
Orang lemah di antara kalian adalah orang kuat di sisiku hingga aku berikan haknya insya Allah, dan orang kuat di antara kalian adalah orang lemah di sisiku hingga aku mengambil haknya darinya insya Allah.
Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah, melainkan Allah akan menjadikan mereka hina dan dihinakan, tidaklah perbuatan kotor menyebar di suatu kaum, melainkan Allah akan menyebarkan malapetaka di tengah-tengah mereka. Untuk itu, taatilah aku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika aku melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya, maka kalian tidak wajib mentaatiku. Dirikanlah shalat, semoga Allah merahmati kalian.”

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/10/23275/kekhalifahan-abu-bakar-shiddiq-r-a/#ixzz2BpXdHjXZ

Sepi

Sepi memagut
Sepi memenjara
pun di luar tiupkan sembilu
Tentang belukar yang memaksa dada
untuk merasa

Aku nelangsa...

yang tersisa hanya serpihan-serpihan kata
Kujalin saja jadi sajak sederhana
Kuharap kau baca
Lalu kau genapkan makna

Mencari Jejak

Pagi-pagi aku merayap
Mencari langkah-langkah lenyap
Yang termakan surya
Di senja berkarat

Pagi-pagi aku menyibak
Mimpi yang mencekam dalam balutan lelap
Tergopoh aku bicara
Tentang luka
Tentang rindu
Tentang engkau
serta jejakmu
yang bisu bersama deburan ombak
menampar bibir pantai
lalu ditelan gelap

Aku hampa...

Singkatan dan Akronim

Singkatan ialah satu huruf atau lebih bentuk singkat yang terdiri atas

a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.


Misalnya:
A.H. Nasution Abdul Haris Nasution
H. Hamid Haji Hamid
Suman Hs. Suman Hasibuan
W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman
M.B.A. master of business administration
M.Hum. magister humaniora
M.Si. magister sains
S.E. sarjana ekonomi
S.Sos sarjana sosial
S.Kom sarjana komunikasi
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
Bpk. bapak
Sdr. saudara
Kol. kolonel

b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.


Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PBB Perserikatan Bangsa Bangsa
WHO World Health Organization
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
PT perseroan terbatas
SD sekolah dasar
KTP kartu tanda penduduk

c. 1) Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.



Misalnya:
jml. jumlah
kpd. kepada
tgl. tanggal
hlm. halaman
yg. yang
dl. dalam
No. nomor


2) Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik.



Misalnya:



dll. dan lain lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
sda. sama dengan atas
ybs. yang bersangkutan
Yth. Yang terhormat



Catatan:
Singkatan itu dapat digunakan untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat dan kuliah.

d. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik.


Misalnya:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian

e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda dengan titik.


Misalnya:
Cu kuprum
cm sentimeter
kg kilogram
kVA kilovolt ampere
l liter
Rp rupiah
TNT trinitrotoluene
2. Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata.

a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.


Misalnya:
LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
SIM surat izin mengemudi

b. Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal kapital.


Misalnya:
Bulog Badan Urusan Logistik
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
Kowani Kongres Wanita Indonesia

c. Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil.


Misalnya:
pemilu pemilihan umum
iptek ilmu pengetahuan dan teknologi


rapim rapat pimpinan
rudal peluru kendali
tilang bukti pelanggaran
radar radio detecting and ranging

 











Catatan:
Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut.
(1) Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia (tidak lebih dari tiga suku kata).
(2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia yang lazim agar mudah diucapkan dan diingat.



sumber: http://id.wikisource.org/wiki/Pedoman_Umum_Ejaan_Bahasa_Indonesia_yang_Disempurnakan

Penggunaan Huruf Kapital

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya:
Dia membaca buku.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Orang itu menasihati anaknya, “Berhati-hatilah, Nak!”
Kemarin engkau terlambat,” katanya.
Besok pagi,” kata Ibu, “dia akan berangkat.”
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Misalnya:
Islam Quran
Kristen Alkitab
Hindu Weda
Allah
Yang Mahakuasa
Yang Maha Pengasih
Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.

Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.


Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
Imam Syafii
Nabi Ibrahim


b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.


Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Pada tahun ini dia pergi naik haji.
Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.

5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu.


Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur Jawa Tengah


b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.


Misalnya:
Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
Sidang itu dipimpin Presiden.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen.


c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.


Misalnya:
Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?
Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.
Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal.

6. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang.


Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdanakusumah
Ampere


Catatan:

(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal).


Misalnya:
J.J de Hollander
J.P. van Bruggen
H. van der Giessen
Otto von Bismarck
Vasco da Gama

(2) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti.


Misalnya:
Abdul Rahman bin Zaini
Ibrahim bin Adham
Siti Fatimah binti Salim
Zaitun binti Zainal

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.


Misalnya:
pascal second Pas
J/K atau JK-1 joule per Kelvin
N Newton

c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.


Misalnya:
mesin diesel
10 volt
5 ampere
7. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.


Misalnya:
bangsa Eskimo
suku Sunda
bahasa Indonesia

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.


Misalnya:
pengindonesiaan kata asing
keinggris-inggrisan
kejawa-jawaan
8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.


Misalnya:
tahun Hijriah tarikh Masehi
bulan Agustus bulan Maulid
hari Jumat hari Galungan
hari Lebaran hari Natal

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama peristiwa sejarah. Misalnya:
Perang Candu
Perang Dunia I
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia




c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama.


Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama diri geografi.


Misalnya:
Banyuwangi Asia Tenggara
Cirebon Amerika Serikat
Eropa Jawa Barat

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi.


Misalnya:
Bukit Barisan Danau Toba
Dataran Tinggi Dieng Gunung Semeru
Jalan Diponegoro Jazirah Arab
Ngarai Sianok Lembah Baliem
Selat Lombok Pegunungan Jayawijaya
Sungai Musi Tanjung Harapan
Teluk Benggala Terusan Suez

c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.


Misalnya:
ukiran Jepara pempek Palembang
tari Melayu sarung Mandar
asinan Bogor sate Mak Ajad

d. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi.


Misalnya:
berlayar ke teluk mandi di sungai
menyeberangi selat berenang di danau

e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis.


Misalnya:
nangka belanda
kunci inggris
petai cina
pisang ambon
10. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.


Misalnya:
Republik Indonesia
Departemen Keuangan
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak




b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.


Misalnya:
beberapa badan hukum
kerja sama antara pemerintah dan rakyat
menjadi sebuah republik
menurut undang-undang yang berlaku


Catatan:
Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital.


Misalnya:
Pemberian gaji bulan ke 13 sudah disetujui Pemerintah.
Tahun ini Departemen sedang menelaah masalah itu.
Surat itu telah ditandatangani oleh Direktur.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan.

Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.

Misalnya:
Dr. doktor
S.E. sarjana ekonomi
S.H. sarjana hukum
S.S. sarjana sastra
S.Kp. sarjana keperawatan
M.A. master of arts
M.Hum. magister humaniora
Prof. profesor
K.H. kiai haji
Tn. Ny.
Sdr.
tuan nyonya
saudara






Catatan:
Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/U/1993.
14. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.


Misalnya:
Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
Besok Paman akan datang.
Surat Saudara sudah saya terima.
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
“Silakan duduk, Dik!” kata orang itu.

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan.


Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.

Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Siapa nama Anda?
Surat Anda telah kami terima dengan baik.
16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu. (Lihat contoh pada I B, I C, I E, dan II F15).
sumber: http://id.wikisource.org/wiki/Pedoman_Umum_Ejaan_Bahasa_Indonesia_yang_Disempurnakan

Hilang, Kataku

Malam-malam menjadi pahit.
Rasanya aku hilang tiap malam. Sebab rindu yang mencekik.
Sudah lama kutunggu. Lebih dari ribuan senja yang padam. Tetap menunggu.
Hampa menikam terus-terusan. Rindu. Pedih. Kamu tahu itu? Atau mungkin Kau tak bisa membaca air mata?

Merindu itu indah atau sakit?
Kehilangan itu laksana warna yang tergores di kanvas atau garis hitam yang bertalu-talu.
Aku hanya ingin bilang: "rindu." titik. Aku hanya ingin jerit: "Hilang, kataku"
Musim-musim tertelan, kau tetap hilang.
Lagi kusampaikan: aku rindu. Tapi Kau hilang, melulu.



untuk kamu, malam pahit

Kamis, 08 November 2012

Menabuh Mimpi di Pulau Bali


Sejak dulu, salah satu mimpi besarku dapat bertandang di Pulau Bali—tempat yang diagung-agungkan banyak orang—menikmati sunset di Kuta. Persis di film! Ditemani langit yang bergaris keemasan serta deburan ombak yang berakhir di bibir pantai. Bercengkerama bersama turis dengan modal kemampuan bahasa Inggrisku yang belepotan. Wah, tak terbayangkan!

Kupikir mimpi tetaplah mimpi laksana bunga tidur yang jarang terealisasi. Ternyata Allah memang Mahabaik. Segala keinginanku cepat-lambat selalu dikabulkan-Nya. Meski mimpi itu kutanam di usia belasan, aku dapat memetiknya di usia 21 tahun. Oh ... Bali, betapa molek setiap lekukan pantai, daratan, serta sisi budayamu. Aku terkesiap menyaksikan keindahan yang Allah berikan padamu. Mimpiku tak sekadar mimpi! Bali kunikmati di depan mata.
***

Beasiswa Unila, ‘cair’ juga. Aku makin girang. Suka-cita melonjak hebat di air mukaku. Mengapa tidak? Perjalanan ke Bali dengan memegang uang saku, tak membuat aku gigit jari. Eiits ... sebenarnya, ada tiga kota yang akan kutapaki: Yogyakarta, Solo, dan Bali. Sebenarnya juga nih, itu merupakan agenda Kuliah Kerja Lapangan (KKL) bersama teman-teman serta beberapa dosen di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Lampung. Namun, aku menganggapnya bukanlah matakuliah yang tengah kuemban, melainkan traveling yang sepanjang jalan mengandung pemandangan yang mengejutkan. Yaah... kurang lebih sambil menyelam minum air. Setiap lesapan roda bus kunikmati dengan saksama dengan mata telanjang. Menjamah pemandangan di sisi kanan-kiri. Tak acap aku tertidur di dalamnya.  

Rabu, 27 Januari 2010. Singgahan pertama, kaki kami mendarat di Kota Gudeg, Yogyakarta. Di kota itu, kami melakukan presentasi mengenai Lampung di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. Hari berikutnya, perjalanan pun tiba di Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta. Di kota yang terkenal dengan nasi liwet itu, kami diterima penuh takzim. Salah satu persembahan kami, yang menunjukkan identitas Lampung ialah pembacaan pepaccur. Pepaccur merupakan salah satu jenis sastra lisan Lampung berbentuk puisi yang berisikan nasihat. Selintas aku menatap wajah para mahasiswa yang mengenakan jaket almamater biru muda itu. Mereka penuh kagum terhadap kami, tetapi tak sedikit pula yang mengernyitkan kening. Mereka bingung, tak tahu arti setiap kata isi pepaccur yang dilisankan dalam dialek A bahasa Lampung itu.

Sore menuju senja. Alhamdulillah, sederet agenda telah rampung di Yogyakarta dan Solo. Wah, entah mengapa, kala itu yang terlintas di pikiranku setelah berkunjung ke sana ialah rumput tetangga selalu tampak lebih hijau. Aku lihat dari kacamata kebersihan dan mutu pendidikan di kedua kota itu sudah baik. Juga terasa nyaman dan asri. Astaghfirullah, bukan berarti tak patuh akan pepatah daripada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri. Ah, Bandarlampung, kota tapis berseri tetap di hati.

Badanku terasa lengket sebab belum mandi. Aku mulai kelelahan. Sudah dua hari pula aku tak bersama keluarga. Tiba-tiba rindu menguak untuk orang rumah. Air mata pun menitik. Sementara tour guide yang menemani kami dari Lampung, berdiri tepat tak jauh dariku. Dengan nada akrab, Beliau memberitahu bahwa perjalanan berikutnya menuju Bali. Aku setengah terperanjat. Mataku berbinar. Hatiku melonjak senang. Wah, Kute, Sanur... tak disangka, mimpiku yang dulu meremas asa, sebentar lagi aku di sana. “Bali... akhirnya kujamah Kau!” seruku bergelora.
***
Jumat, 29 Januari 2010, pukul 11.00 WIB aku dan rombongan tiba di Pelabuhan Ketapang, Jawa Timur. Wah, deg-degan beradu gembira mengguncang hati. Seperti mimpi, tetapi nyatanya mataku sedang tak terpejam. Setibanya di kapal, kami disambut bocah-bocah koin yang bermain di laut. Mereka berharap para wisatawan melemparkan koin-koin untuk mereka. Dengan segera, aku merogoh beberapa koin dari saku lalu melemparnya untuk mereka.

Sekitar pukul 12.00 WITA, aku dan rombongan sampai di Pelabuhan Gilimanuk, Bali. Namun, kami tak semudah itu masuk ke pulau yang menjadi destinasi para domestik itu. Alih-alih ada pemeriksaan KTP. Dengan alasan sejak ada pemboman di Bali (2002) silam, orang-orang yang masuk ke Bali, diperiksa KTP terlebih dulu. Alhamdulillah, tak ada masalah dalam pemeriksaan, perjalanan kami lanjutkan lagi. Tancap!

Kurang lebih Pukul 13.00 WITA, aku beserta rombongan tiba di objek wisata pertama, Tanah Lot, Bali. Tanah Lot terletak di Desa Braban, Bali. Kata Tanah Lot memunyai makna dari kata Tanah yang diartikan sebagai batu karang yang menyerupai gili atau pulau kecil, sedangkan kata Lot atau Lod memunyai arti laut. Sehingga nama Tanah Lot diartikan sebagai batu karang yang terapung di tengah lautan. Di sana terdapat Pura Tanah Lot yang di dalamnya bersemayam ular suci berwarna hitam-putih melingkar. Konon ular itu dianggap sebagai penjaga Pura Tanah Lot.


Tak mau membuang momen yang ada, aku, kawan-kawan, serta dosenku mendokumentasikan diri di sana. Tak hanya itu, kami pun sempat mencoba ritual singkat di Tanah Lot: air, beras, dan bunga kamboja. Aku dan kawan-kawan mencicipi pancuran air bening tawar yang dianggap suci. Seorang lelaki baya memercikkan air wewangian di kepala kami lalu menempeli beberapa butir beras putih sebagai tanda pemberkatan. Tak ketinggalan, sekuntum kamboja diselipkannya pula di telinga kiri kami. Ia lakukan dengan hormat. Aku sempat bertanya pada bapak yang melayaniku. Beliau berkata bahwa beras dan kamboja mengandung makna tersendiri. Beras memiliki makna agar diri kita senantiasa dapat berpikir seputih beras. Sementara bunga yang diselipkan di telinga kiri menandakan bahwa diri ini mau mendengarkan nasihat dari orang lain: siapapun itu, tanpa melihatnya secara fisik dan kasta.

Menurutku, Bali merupakan surga objek wisata. Tak rugi para pelancong melabuhkan dirinya di pulau yang sarat dengan keaslian budaya itu. Namun demikian, bila kita melancong ke Bali, ada hal-hal yang mesti dijaga. Sebab Bali memiliki cukup larangan yang tidak boleh dilakukan: menginjak sajen dengan sengaja, memotret dengan blitsz pada saat upacara keagamaan. Juga larangan bagi wanita yang sedang datang bulan masuk ke pura. Sebab pura dianggap tempat suci sehingga wanita yang sedang tidak suci (datang bulan) dilarang keras masuk. Aku ingat betul kalimat-kalimat itu disampaikan guide tour kami yang dipanggil dengan sebutan Beli (dibaca: Bli).

Kami mengunjungi beberapa objek wisata di Bali: Tanah Lot, Kuta, Sanur, Hutan Pala Sangeh, Batubulan (menikmati tari Barong), Pasar Sukowati, pusat perbelanjaan khas Bali, dan berakhir di Bedugul. Semuanya telah memberikan kesan yang indah. Hingga kutuliskan kisah ini, satu momen pun belum bisa terlupakan. Namun, saat ini, cukup aku ceritakan traveling-ku beserta rombongan di Tanah Lot dan Bedugul. Mengapa demikian? Ini soal hati. Titik. Oh, tidak! Aku hanya bercanda. Ini lebih terkait degan rasa. Sungguh kekuasaan Allah yang Mahaindah telah menanugerahkan Indonesia dengan pemandangan yang luar biasa.

Baiklah, aku lanjutkan ceritaku lagi. Minggu, 31 Januari 2010, Bus Darma Duta yang setia menemani kami, melaju, menuju objek wisata selanjutnya. Setelah sebelumnya, aku dan rombongan membeli oleh-oleh khas Bali. Ada beberapa bungkus kacang bali yang kusimpan guna buah tangan untuk keluarga dan sanak famili di Bandarlampung. Bli menyampaikan bahwa destinasi wisata selanjutnya ialah Bedugul. Awalnya aku tak begitu interest dengan istilah Bedugul. Kata yang belum pernah kudengar sebelumnya. Perjalanannya cukup jauh. Sambil menunggu, aku ngalor ngidul sejenak. Cukup menghilangkan kejenuhan di bus. Sementara kamera selalu siap di tangan. Bila ada objek yang view-nya bagus, kamera di tangan siap membidik dengan cepat.

Perjalanan semakin menanjak. Bli masih setia ‘mendongengkan’ kami dengan cerita-cerita rakyat di Bali. Telingaku menyimak, tetapi mata menyisir di setiap pemandangan di sisi kiriku. Bli mnghentikan sejenak ceritanya. Ia menunjuk pada satu pohon kelapa yang menurutku aneh. Ya, aneh! Mengapa demikian? Baru kali ini aku menemukan pohon kelapa yang bercabang empat. Subhanallah... Lagi-lagi kekuasaan Allah berkata. Masyarakat setempat menganggap pohon tersebut suci, sama halnya ketika aku dan rombongan mampir di Hutan Pala Sangeh. Di sana ada Pohon Lanang Wadon yang di bagian tengah batangnya terdapat bentuk yang menyerupai kelamin laki-laki dan perempuan. Mungkin karena bentuknya demikian sehingga disebut Pohon Lanang Wadon. 

Ternyata Bedugul itu indah. Letaknya di daerah pegunungan, Desa Candikuning. Meski udara cukup menusuk tulang saking dinginnya, semua itu terobati tatkala mataku terhipnotis oleh pemandangan yang memukau. Satu pemandangan yang sungguh luar biasa tersuguhkan di sana. Danau Beratan menghiasi Bedugul, memesonakan mata.

Ketika itu, kabut tengah tebal. Namun, aku tak begitu peduli. Bahkan aku dan kawan-kawan menyewa satu kapal boot untuk menyeberangi Danau Beratan yang airnya tenang. Tak ketinggalan, kami mengabadikan beberapa jepretan foto di sana.  Kabut cukup gelap, suasana makin dingin. Waktu menunjukkan pukul 16.35 WITA. Kami masih menikmati keindahan danau yang tak bisa kami komentari, selain kata indah. Ternyata masih ada keindahan lain lagi yang disajikan di Bedugul, yaitu Pura Ulun Danu. Aku setengah tercenung sambil memikirkan rupa Pura Ulun Danu. Beberapa detik berlalu ... dan yapp! Aku baru ingat. Pura itu yang ada di cetakan uang 50 ribuan. Wah, subhanallah... aku bisa melihatnya secara langsung! Pesona-pesona yang sungguh menakjubkan mata.

Berdasarkan info yang kuperoleh, Pura Ulun Danu Beratan terdiri atas empat kompleks pura: Lingga Petak, Penataran Pucak Mangu, Terate Bang, dan Dalem Purwa berfungsi untuk memuja keagungan Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Tri Murti, guna memohon anugerah kesuburan, kemakmuran, kesejahteraan manusia, dan lestarinya alam semesta. Kurang lebih sekitar sepuluh menit berlalu penyeberangan dengan kapal boot dan akhirnya berhenti tepat seperti dermaga kecil. Kupikir kakiku sedang berpijak di tempat pemandangan serupa. Akan tetapi, ini berbeda. Ternyata di hadapanku mentereng villa mewah. Namanya Bedugul Wana Villas Bali. Aku terkesiap dengan ornamen bangunan yang ada. Lagi-lagi kukatan subhanallah... dan woow!

Ponselku tiba-tiba berdering. Salah satu teman menghubungi untuk segera kembali sebab kabut makin gelap. Sementara rombongan sudah menanti aku dan beberapa teman di bus. Aku dan teman-teman riang. Kami tertawa lepas. Menikmati danau, menemani kabut, memuji kebesaran Allah yang tak ada hentinya. Sejenak aku pandangi kabut yang tak lagi pucat. Teringat orang-orang rumah. Teringat akan semua mimpi yang kupahat satu per satu di ingatan. Dan satu lagi, hari itu aku menabuh mimpi kembali. Mimpi di Pulau Bali. Mimpi akan mengajak bapak, ibu, mbak-kakak, serta saudara kembarku, Destiana. Semoga.
***

















Membedakan Sifat-Sifat dan Ragam Bahasa

Silakan pahami narasi-narasi berikut sehingga Saudara dapat memahami perbedaan sifat-sifat bahasa! 1. Fakta sejarah bahwa orang atau kelompo...