Mengapa ada tangis?
Bukankah lara itu sejak dulu Kau yang seduh, tapi baru Kau teguk kini.
Nikmatilah.
Minggu, 11 November 2012
Sabtu, 10 November 2012
Kekhalifahan Abu Bakar Shiddiq RA
Oleh: Samin Barkah, Lc
Ketika
Rasulullah saw wafat, para sahabat berselisih pandangan. Sebagian
sahabat mengatakan bahwa Rasulullah saw telah wafat dan sebagian yang
lain mengatakan bahwa Rasulullah saw tidak meninggal. Ketika berita
kematian Rasulullah saw sampai ke Abu Bakar Shiddiq RA, beliau
mendatangi rumah Rasulullah saw dan membuka penutup wajah lalu
menciumnya dan telah ternyata Rasulullah saw telah wafat. Kemudian
beliau keluar dan menemui para sahabat lalu berkata,
“Barang siapa yang menyembah Muhammad, ketahuilah bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad saw telah wafat. Barang siapa yang menyembah Allah Taala, ketahuilah bahwa Allah Hidup, tidak wafat. Allah berfirman,
Setelah mendengar ayat ini, hati mereka menjadi tenang dan hilanglah segala kegundahan dan keraguan. Kemudian kaum muslimin berkumpul di Saqifah Bani Sa’adah. Di sana mereka bermusyawarah perihal pengganti Rasulullah saw sebagai pemimpin tertinggi kaum muslimin.
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan umat Islam, antara kaum sahabat Anshar dan sahabat Muhajirin. Masing-masing mengunggulkan kandidat-kandidat kaumnya untuk tampil sebagai khalifah. Pemuka Anshar, Basyir bin Saad r.a, menentramkan kaumnya dengan mengingatkan bahwa kaum Anshar membela Islam semata-mata untuk mencari ridha Allah Taala serta sebagai bentuk ketaatan pada Rasulullah saw hingga tidak pada tempatnya untuk berebut kekuasaan dengan Muhajirin. Taushiyah yang disampaikan dengan sangat bijaksana ini akhirnya mampu mendinginkan hati sahabat Anshar.
Dari sahabat Muhajirin, Abu Bakar RA mengusulkan untuk mengangkat Umar bin Khathab RA dan Abu Ubaidah bin Jarrah r.a untuk menjadi khalifah pengganti Rasulullah saw. Namun keduanya langsung menolak, bahkan Umar bin Khathab langsung memegang tangan Abu Bakar r.a dan membaiatnya menjadi khalifah diikuti oleh Abu Ubaidah r.a, Basyir bin Saad r.a, dan para sahabat lainnya.
Abu Bakar Shiddiq RA adalah salah seorang sahabat yang pertama masuk Islam. Beliau giat melakukan dakwah meski di bawah tekanan, dan beliaulah sahabat Rasul saw yang secara eksplisit namanya diabadikan dalam Al-Quran. (At-Taubah:40)
Selain itu track record beliau sebagai orang yang ‘bersih’, berani, tegas, dan memiliki keberpihakan pada masyarakat kecil telah diakui oleh para konstituennya tersebut. Selain itu sifat rendah hati Abu Bakar Ash-Shiddiq RA tidak luntur meski dia terpilih menjadi khalifah secara aklamasi.
Tidak ada seorang pun yang menolaknya, termasuk Ali bin Abi Thalib (sebagian orang menyangka bahwa ia telat berbaiat kepada Abu Bakar Shiddiq r.a).
Ibnu Katsir berkata, “Baiat Ali bin Abi Thalib kepada Abu Bakar Shiddiq RA terjadi pada hari pertama atau hari kedua pengangkatannya. Sesungguhnya Ali bin Abi Thalib tidak pernah berselisih paham dengan Abu Bakar Shiddiq RA dan tidak ada satu shalat pun yang dikerjakan Ali tidak berjamaah mengikuti Abu Bakar Shiddiq RA Ali bin Abi Thalib r.a juga ikut Abu Bakar Shiddiq RA ke Dzul Qishah untuk memerangi penduduk yang murtad dari agama Islam. Akan tetapi terjadi sesuatu pada Fathimah RA yang mencela Abu Bakar Shiddiq RA karena dia menyangka bahwa dia akan mendapatkan warisan dari Rasulullah saw sebagai anak. Fathimah RA sendiri belum mengetahui hadits Rasulullah saw kepada Abu Bakar Shiddiq RA dan para sahabat yang menyebutkan,
Perselisihan antara Fathimah RA dan Abu Bakar Shiddiq RA meninggalkan celah menganga di internal kaum muslimin dengan kemunculan kelompok Ar-Rafidhah.
Pidato Politik Pertama Abu Bakar Shidddiq r.a:
“Barang siapa yang menyembah Muhammad, ketahuilah bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad saw telah wafat. Barang siapa yang menyembah Allah Taala, ketahuilah bahwa Allah Hidup, tidak wafat. Allah berfirman,
وَمَا
مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ
مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ
عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ
الشَّاكِرِينَ
“Dan Tidaklah Muhammad itu, melainkan seorang Rasul. Telah wafat sebelum ini para Rasul. Apakah jika Rasul wafat atau terbunuh, kalian akan berpaling dari ajarannya?”Abu Bakar membacakan ayat ini kepada para sahabat, termasuk kepada Umar bin Khathab RA Saat itu seakan-akan mereka baru pertama kali mendengar ayat tersebut.
Setelah mendengar ayat ini, hati mereka menjadi tenang dan hilanglah segala kegundahan dan keraguan. Kemudian kaum muslimin berkumpul di Saqifah Bani Sa’adah. Di sana mereka bermusyawarah perihal pengganti Rasulullah saw sebagai pemimpin tertinggi kaum muslimin.
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan umat Islam, antara kaum sahabat Anshar dan sahabat Muhajirin. Masing-masing mengunggulkan kandidat-kandidat kaumnya untuk tampil sebagai khalifah. Pemuka Anshar, Basyir bin Saad r.a, menentramkan kaumnya dengan mengingatkan bahwa kaum Anshar membela Islam semata-mata untuk mencari ridha Allah Taala serta sebagai bentuk ketaatan pada Rasulullah saw hingga tidak pada tempatnya untuk berebut kekuasaan dengan Muhajirin. Taushiyah yang disampaikan dengan sangat bijaksana ini akhirnya mampu mendinginkan hati sahabat Anshar.
Dari sahabat Muhajirin, Abu Bakar RA mengusulkan untuk mengangkat Umar bin Khathab RA dan Abu Ubaidah bin Jarrah r.a untuk menjadi khalifah pengganti Rasulullah saw. Namun keduanya langsung menolak, bahkan Umar bin Khathab langsung memegang tangan Abu Bakar r.a dan membaiatnya menjadi khalifah diikuti oleh Abu Ubaidah r.a, Basyir bin Saad r.a, dan para sahabat lainnya.
Abu Bakar Shiddiq RA adalah salah seorang sahabat yang pertama masuk Islam. Beliau giat melakukan dakwah meski di bawah tekanan, dan beliaulah sahabat Rasul saw yang secara eksplisit namanya diabadikan dalam Al-Quran. (At-Taubah:40)
Selain itu track record beliau sebagai orang yang ‘bersih’, berani, tegas, dan memiliki keberpihakan pada masyarakat kecil telah diakui oleh para konstituennya tersebut. Selain itu sifat rendah hati Abu Bakar Ash-Shiddiq RA tidak luntur meski dia terpilih menjadi khalifah secara aklamasi.
Tidak ada seorang pun yang menolaknya, termasuk Ali bin Abi Thalib (sebagian orang menyangka bahwa ia telat berbaiat kepada Abu Bakar Shiddiq r.a).
Ibnu Katsir berkata, “Baiat Ali bin Abi Thalib kepada Abu Bakar Shiddiq RA terjadi pada hari pertama atau hari kedua pengangkatannya. Sesungguhnya Ali bin Abi Thalib tidak pernah berselisih paham dengan Abu Bakar Shiddiq RA dan tidak ada satu shalat pun yang dikerjakan Ali tidak berjamaah mengikuti Abu Bakar Shiddiq RA Ali bin Abi Thalib r.a juga ikut Abu Bakar Shiddiq RA ke Dzul Qishah untuk memerangi penduduk yang murtad dari agama Islam. Akan tetapi terjadi sesuatu pada Fathimah RA yang mencela Abu Bakar Shiddiq RA karena dia menyangka bahwa dia akan mendapatkan warisan dari Rasulullah saw sebagai anak. Fathimah RA sendiri belum mengetahui hadits Rasulullah saw kepada Abu Bakar Shiddiq RA dan para sahabat yang menyebutkan,
إِنَّا مَعْشَرَ الأَنْبِيَاءِ لا نُورَثُ مَا تَرَكْنَا صَدَقَةٌ
“Sesungguhnya kami, para nabi tidak meninggalkan warisan dan apa-apa yang kami tinggalkan adalah sedekah buat kaum muslimin.”Dengan dasar hadits tersebut, Abu Bakar Shiddiq RA tidak memberikan warisan kepada Fathimah RA dan istri-istri Rasul. Ketika Fathimah RA meminta Ali bin Abi Thalib RA untuk menanyakan tanah yang di Khaibar, Abu Bakar Shiddiq RA tidak menjawabnya karena dalam pandangan Abu Bakar Shiddiq RA dialah yang mengurus semua peninggalan Rasulullah saw. Peristiwa itu menambah kecewa dan marahnya Fathimah RA hingga ia tidak mau berbicara dengan Abu Bakar Shiddiq RA sampai Fathimah meninggal, enam bulan sejak wafatnya Rasulullah saw. Kondisi inilah yang membuat Ali merasa perlu memperbaharui baiatnya kepada Abu Bakar agar ketegangan antara Fathimah RA dan Abu Bakar Shiddiq RA tidak menimbulkan fitnah bagi kaum muslimin.
Perselisihan antara Fathimah RA dan Abu Bakar Shiddiq RA meninggalkan celah menganga di internal kaum muslimin dengan kemunculan kelompok Ar-Rafidhah.
Pidato Politik Pertama Abu Bakar Shidddiq r.a:
Amma ba’du…
Wahai para sahabat, aku telah diserahi tugas sebagai khalifah, padahal aku bukanlah orang terbaik di antara kalian. Karena itu, jika aku melakukan kebaikan, maka bantulah aku, jika aku berbuat salah, maka ingatkanlah aku.
Jujur itu amanah, sedang dusta itu khianat.
Orang lemah di antara kalian adalah orang kuat di sisiku hingga aku berikan haknya insya Allah, dan orang kuat di antara kalian adalah orang lemah di sisiku hingga aku mengambil haknya darinya insya Allah.
Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah, melainkan Allah akan menjadikan mereka hina dan dihinakan, tidaklah perbuatan kotor menyebar di suatu kaum, melainkan Allah akan menyebarkan malapetaka di tengah-tengah mereka. Untuk itu, taatilah aku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika aku melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya, maka kalian tidak wajib mentaatiku. Dirikanlah shalat, semoga Allah merahmati kalian.”
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/10/23275/kekhalifahan-abu-bakar-shiddiq-r-a/#ixzz2BpXdHjXZ
Sepi
Mencari Jejak
Pagi-pagi aku merayap
Mencari langkah-langkah lenyap
Yang termakan surya
Di senja berkarat
Pagi-pagi aku menyibak
Mimpi yang mencekam dalam balutan lelap
Tergopoh aku bicara
Tentang luka
Tentang rindu
Tentang engkau
serta jejakmu
yang bisu bersama deburan ombak
menampar bibir pantai
lalu ditelan gelap
Aku hampa...
Mencari langkah-langkah lenyap
Yang termakan surya
Di senja berkarat
Pagi-pagi aku menyibak
Mimpi yang mencekam dalam balutan lelap
Tergopoh aku bicara
Tentang luka
Tentang rindu
Tentang engkau
serta jejakmu
yang bisu bersama deburan ombak
menampar bibir pantai
lalu ditelan gelap
Aku hampa...
Singkatan dan Akronim
Singkatan ialah satu huruf atau lebih bentuk singkat yang terdiri atas | |||||||||||||||||||||||||||||||
a. | Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu. | ||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
b. | Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. | ||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
c. | 1) | Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik. | |||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
2) | Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik. | ||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: |
-
-
dll. dan lain lain dsb. dan sebagainya dst. dan seterusnya sda. sama dengan atas ybs. yang bersangkutan Yth. Yang terhormat
Catatan: - Singkatan itu dapat digunakan untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat dan kuliah.
d. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya: -
a.n. atas nama d.a. dengan alamat u.b. untuk beliau u.p. untuk perhatian
e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda dengan titik. Misalnya: -
Cu kuprum cm sentimeter kg kilogram kVA kilovolt ampere l liter Rp rupiah TNT trinitrotoluene
2. Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata. a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya: -
LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LAN Lembaga Administrasi Negara PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia SIM surat izin mengemudi
b. Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya: -
Bulog Badan Urusan Logistik Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia Kowani Kongres Wanita Indonesia
c. Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: -
pemilu pemilihan umum iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
-
|
|||||||||||
|
Catatan:
|
Penggunaan Huruf Kapital
1. | Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. | |||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||
2. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. | |||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||
3. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan. | |||||||||||||||
Misalnya:
|
-
-
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: - Mahaputra Yamin
- Sultan Hasanuddin
- Haji Agus Salim
- Imam Syafii
- Nabi Ibrahim
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya: - Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
- Pada tahun ini dia pergi naik haji.
- Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.
5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu. Misalnya: - Wakil Presiden Adam Malik
- Perdana Menteri Nehru
- Profesor Supomo
- Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
- Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
- Gubernur Jawa Tengah
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya. Misalnya: - Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
- Sidang itu dipimpin Presiden.
- Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
- Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen.
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu. Misalnya: - Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?
- Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.
- Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal.
6. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang. Misalnya: - Amir Hamzah
- Dewi Sartika
- Wage Rudolf Supratman
- Halim Perdanakusumah
- Ampere
Catatan: -
-
-
(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal). Misalnya: - J.J de Hollander
- J.P. van Bruggen
- H. van der Giessen
- Otto von Bismarck
- Vasco da Gama
(2) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti. Misalnya: - Abdul Rahman bin Zaini
- Ibrahim bin Adham
- Siti Fatimah binti Salim
- Zaitun binti Zainal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya: -
pascal second Pas J/K atau JK-1 joule per Kelvin N Newton
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya: - mesin diesel
- 10 volt
- 5 ampere
7. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya: - bangsa Eskimo
- suku Sunda
- bahasa Indonesia
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya: - pengindonesiaan kata asing
- keinggris-inggrisan
- kejawa-jawaan
8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya. Misalnya: -
tahun Hijriah tarikh Masehi bulan Agustus bulan Maulid hari Jumat hari Galungan hari Lebaran hari Natal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama peristiwa sejarah. Misalnya:
- Perang Candu
- Perang Dunia I
- Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
-
-
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama. Misalnya: - Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
- Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama diri geografi. Misalnya: -
Banyuwangi Asia Tenggara Cirebon Amerika Serikat Eropa Jawa Barat
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi. Misalnya: -
Bukit Barisan Danau Toba Dataran Tinggi Dieng Gunung Semeru Jalan Diponegoro Jazirah Arab Ngarai Sianok Lembah Baliem Selat Lombok Pegunungan Jayawijaya Sungai Musi Tanjung Harapan Teluk Benggala Terusan Suez
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya. Misalnya: -
ukiran Jepara pempek Palembang tari Melayu sarung Mandar asinan Bogor sate Mak Ajad
d. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi. Misalnya: -
berlayar ke teluk mandi di sungai menyeberangi selat berenang di danau
e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis. Misalnya: - nangka belanda
- kunci inggris
- petai cina
- pisang ambon
10. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk. Misalnya: - Republik Indonesia
- Departemen Keuangan
- Majelis Permusyawaratan Rakyat
- Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972
- Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
-
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi. Misalnya: - beberapa badan hukum
- kerja sama antara pemerintah dan rakyat
- menjadi sebuah republik
- menurut undang-undang yang berlaku
Catatan: - Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya: - Pemberian gaji bulan ke 13 sudah disetujui Pemerintah.
- Tahun ini Departemen sedang menelaah masalah itu.
- Surat itu telah ditandatangani oleh Direktur.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan. Misalnya: - Perserikatan Bangsa-Bangsa
- Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
- Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
- Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: - Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
- Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
- Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
- Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri. Misalnya: -
Dr. doktor S.E. sarjana ekonomi S.H. sarjana hukum S.S. sarjana sastra S.Kp. sarjana keperawatan M.A. master of arts M.Hum. magister humaniora Prof. profesor K.H. kiai haji Tn. Ny.
Sdr.tuan nyonya
saudara
|
||||||
Catatan:
|
||||||
14. | a. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan. | ||||
Misalnya:
|
||||||
b. | Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan. | |||||
Misalnya:
|
||||||
15. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan. | |||||
Misalnya:
|
||||||
16. | Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata,
seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan
lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan
lengkap itu. (Lihat contoh pada I B, I C, I E, dan II F15).
sumber: http://id.wikisource.org/wiki/Pedoman_Umum_Ejaan_Bahasa_Indonesia_yang_Disempurnakan |
Hilang, Kataku
Rasanya aku hilang tiap malam. Sebab rindu yang mencekik.
Sudah lama kutunggu. Lebih dari ribuan senja yang padam. Tetap menunggu.
Hampa menikam terus-terusan. Rindu. Pedih. Kamu tahu itu? Atau mungkin Kau tak bisa membaca air mata?
Merindu itu indah atau sakit?
Kehilangan itu laksana warna yang tergores di kanvas atau garis hitam yang bertalu-talu.
Aku hanya ingin bilang: "rindu." titik. Aku hanya ingin jerit: "Hilang, kataku"
Musim-musim tertelan, kau tetap hilang.
Lagi kusampaikan: aku rindu. Tapi Kau hilang, melulu.
untuk kamu, malam pahit
Kamis, 08 November 2012
Menabuh Mimpi di Pulau Bali
Sejak dulu, salah satu mimpi besarku dapat bertandang di Pulau Bali—tempat yang diagung-agungkan banyak orang—menikmati sunset di Kuta. Persis di film! Ditemani langit yang bergaris keemasan serta deburan ombak yang berakhir di bibir pantai. Bercengkerama bersama turis dengan modal kemampuan bahasa Inggrisku yang belepotan. Wah, tak terbayangkan!
Kupikir
mimpi tetaplah mimpi laksana bunga tidur yang jarang terealisasi. Ternyata
Allah memang Mahabaik. Segala keinginanku cepat-lambat selalu dikabulkan-Nya. Meski
mimpi itu kutanam di usia belasan, aku dapat memetiknya di usia 21 tahun. Oh
... Bali, betapa molek setiap lekukan pantai, daratan, serta sisi budayamu. Aku
terkesiap menyaksikan keindahan yang Allah berikan padamu. Mimpiku tak sekadar
mimpi! Bali kunikmati di depan mata.
***
Beasiswa
Unila, ‘cair’ juga. Aku makin girang. Suka-cita melonjak hebat di air mukaku. Mengapa
tidak? Perjalanan ke Bali dengan memegang uang saku, tak membuat aku gigit
jari. Eiits ... sebenarnya, ada tiga
kota yang akan kutapaki: Yogyakarta, Solo, dan Bali. Sebenarnya juga nih, itu
merupakan agenda Kuliah Kerja Lapangan (KKL) bersama teman-teman serta beberapa
dosen di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Lampung.
Namun, aku menganggapnya bukanlah matakuliah yang tengah kuemban, melainkan traveling yang sepanjang jalan
mengandung pemandangan yang mengejutkan. Yaah...
kurang lebih sambil menyelam minum air. Setiap lesapan roda bus kunikmati
dengan saksama dengan mata telanjang. Menjamah pemandangan di sisi kanan-kiri.
Tak acap aku tertidur di dalamnya.
Rabu,
27 Januari 2010. Singgahan pertama, kaki kami mendarat di Kota Gudeg, Yogyakarta.
Di kota itu, kami melakukan presentasi mengenai Lampung di Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa. Hari berikutnya, perjalanan pun tiba di Universitas Negeri Sebelas
Maret, Surakarta. Di kota yang terkenal dengan nasi liwet itu, kami diterima
penuh takzim. Salah satu persembahan kami, yang menunjukkan identitas Lampung
ialah pembacaan pepaccur. Pepaccur merupakan salah satu jenis
sastra lisan Lampung berbentuk puisi yang berisikan nasihat. Selintas aku
menatap wajah para mahasiswa yang mengenakan jaket almamater biru muda itu.
Mereka penuh kagum terhadap kami, tetapi tak sedikit pula yang mengernyitkan
kening. Mereka bingung, tak tahu arti setiap kata isi pepaccur yang dilisankan dalam dialek A bahasa Lampung itu.
Sore
menuju senja. Alhamdulillah, sederet
agenda telah rampung di Yogyakarta dan Solo. Wah, entah mengapa, kala itu yang terlintas di pikiranku setelah berkunjung
ke sana ialah rumput tetangga selalu
tampak lebih hijau. Aku lihat dari kacamata kebersihan dan mutu pendidikan
di kedua kota itu sudah baik. Juga terasa nyaman dan asri. Astaghfirullah, bukan berarti tak patuh akan pepatah daripada
hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri.
Ah, Bandarlampung, kota tapis berseri tetap di hati.
Badanku
terasa lengket sebab belum mandi. Aku mulai kelelahan. Sudah dua hari pula aku
tak bersama keluarga. Tiba-tiba rindu menguak untuk orang rumah. Air mata pun
menitik. Sementara tour guide yang
menemani kami dari Lampung, berdiri tepat tak jauh dariku. Dengan nada akrab,
Beliau memberitahu bahwa perjalanan berikutnya menuju Bali. Aku setengah
terperanjat. Mataku berbinar. Hatiku melonjak senang. Wah, Kute, Sanur... tak disangka, mimpiku yang dulu meremas asa,
sebentar lagi aku di sana. “Bali... akhirnya kujamah Kau!” seruku bergelora.
***
Jumat,
29 Januari 2010, pukul 11.00 WIB aku dan rombongan tiba di Pelabuhan Ketapang,
Jawa Timur. Wah, deg-degan beradu
gembira mengguncang hati. Seperti mimpi, tetapi nyatanya mataku sedang tak
terpejam. Setibanya di kapal, kami disambut bocah-bocah koin yang bermain di
laut. Mereka berharap para wisatawan melemparkan koin-koin untuk mereka. Dengan
segera, aku merogoh beberapa koin dari saku lalu melemparnya untuk mereka.
Sekitar pukul 12.00
WITA, aku dan rombongan sampai di Pelabuhan Gilimanuk, Bali. Namun, kami tak
semudah itu masuk ke pulau yang menjadi destinasi para domestik itu. Alih-alih
ada pemeriksaan KTP. Dengan alasan sejak ada pemboman di Bali (2002) silam,
orang-orang yang masuk ke Bali, diperiksa KTP terlebih dulu. Alhamdulillah, tak ada masalah dalam
pemeriksaan, perjalanan kami lanjutkan lagi. Tancap!
Kurang lebih
Pukul 13.00 WITA, aku beserta rombongan tiba di objek wisata pertama, Tanah
Lot, Bali. Tanah Lot terletak di Desa Braban, Bali. Kata Tanah Lot memunyai
makna dari kata Tanah yang diartikan
sebagai batu karang yang menyerupai gili atau pulau kecil, sedangkan kata Lot atau Lod memunyai arti laut. Sehingga nama Tanah Lot diartikan sebagai
batu karang yang terapung di tengah lautan. Di sana terdapat Pura Tanah Lot
yang di dalamnya bersemayam ular suci berwarna hitam-putih melingkar. Konon
ular itu dianggap sebagai penjaga Pura Tanah Lot.
Tak
mau membuang momen yang ada, aku, kawan-kawan, serta dosenku mendokumentasikan
diri di sana. Tak hanya itu, kami pun sempat mencoba ritual singkat di Tanah
Lot: air, beras, dan bunga kamboja. Aku dan kawan-kawan mencicipi pancuran air
bening tawar yang dianggap suci. Seorang lelaki baya memercikkan air wewangian
di kepala kami lalu menempeli beberapa butir beras putih sebagai tanda
pemberkatan. Tak ketinggalan, sekuntum kamboja diselipkannya pula di telinga
kiri kami. Ia lakukan dengan hormat. Aku sempat bertanya pada bapak yang
melayaniku. Beliau berkata bahwa beras dan kamboja mengandung makna tersendiri.
Beras memiliki makna agar diri kita senantiasa dapat berpikir seputih beras. Sementara
bunga yang diselipkan di telinga kiri menandakan bahwa diri ini mau mendengarkan
nasihat dari orang lain: siapapun itu, tanpa melihatnya secara fisik dan kasta.
Menurutku,
Bali merupakan surga objek wisata. Tak rugi para pelancong melabuhkan dirinya
di pulau yang sarat dengan keaslian budaya itu. Namun demikian, bila kita melancong
ke Bali, ada hal-hal yang mesti dijaga. Sebab Bali memiliki cukup larangan yang
tidak boleh dilakukan: menginjak sajen dengan sengaja, memotret dengan blitsz pada saat upacara keagamaan. Juga
larangan bagi wanita yang sedang datang bulan masuk ke pura. Sebab pura
dianggap tempat suci sehingga wanita yang sedang tidak suci (datang bulan)
dilarang keras masuk. Aku ingat betul kalimat-kalimat itu disampaikan guide tour kami yang dipanggil dengan
sebutan Beli (dibaca: Bli).
Kami
mengunjungi beberapa objek wisata di Bali: Tanah Lot, Kuta, Sanur, Hutan Pala
Sangeh, Batubulan (menikmati tari Barong), Pasar Sukowati, pusat perbelanjaan
khas Bali, dan berakhir di Bedugul. Semuanya telah memberikan kesan yang indah.
Hingga kutuliskan kisah ini, satu momen pun belum bisa terlupakan. Namun, saat
ini, cukup aku ceritakan traveling-ku
beserta rombongan di Tanah Lot dan Bedugul. Mengapa demikian? Ini soal hati. Titik.
Oh, tidak! Aku hanya bercanda. Ini lebih terkait degan rasa. Sungguh kekuasaan
Allah yang Mahaindah telah menanugerahkan Indonesia dengan pemandangan yang
luar biasa.
Baiklah,
aku lanjutkan ceritaku lagi. Minggu, 31 Januari 2010, Bus Darma Duta yang setia
menemani kami, melaju, menuju objek wisata selanjutnya. Setelah sebelumnya, aku
dan rombongan membeli oleh-oleh khas Bali. Ada beberapa bungkus kacang bali
yang kusimpan guna buah tangan untuk keluarga dan sanak famili di
Bandarlampung. Bli menyampaikan bahwa destinasi wisata selanjutnya ialah Bedugul.
Awalnya aku tak begitu interest dengan
istilah Bedugul. Kata yang belum pernah kudengar sebelumnya. Perjalanannya
cukup jauh. Sambil menunggu, aku ngalor
ngidul sejenak. Cukup menghilangkan kejenuhan di bus. Sementara kamera selalu
siap di tangan. Bila ada objek yang view-nya
bagus, kamera di tangan siap membidik dengan cepat.
Perjalanan
semakin menanjak. Bli masih setia ‘mendongengkan’ kami dengan cerita-cerita
rakyat di Bali. Telingaku menyimak, tetapi mata menyisir di setiap pemandangan
di sisi kiriku. Bli mnghentikan sejenak ceritanya. Ia menunjuk pada satu pohon
kelapa yang menurutku aneh. Ya, aneh! Mengapa demikian? Baru kali ini aku
menemukan pohon kelapa yang bercabang empat. Subhanallah... Lagi-lagi kekuasaan Allah berkata. Masyarakat setempat
menganggap pohon tersebut suci, sama halnya ketika aku dan rombongan mampir di
Hutan Pala Sangeh. Di sana ada Pohon Lanang Wadon yang di bagian tengah
batangnya terdapat bentuk yang menyerupai kelamin laki-laki dan perempuan. Mungkin
karena bentuknya demikian sehingga disebut Pohon Lanang Wadon.
Ternyata
Bedugul itu indah. Letaknya di daerah pegunungan, Desa Candikuning. Meski udara
cukup menusuk tulang saking dinginnya, semua itu terobati tatkala mataku
terhipnotis oleh pemandangan yang memukau. Satu pemandangan yang sungguh luar
biasa tersuguhkan di sana. Danau Beratan menghiasi Bedugul, memesonakan mata.
Ketika itu,
kabut tengah tebal. Namun, aku tak begitu peduli. Bahkan aku dan kawan-kawan
menyewa satu kapal boot untuk
menyeberangi Danau Beratan yang airnya tenang. Tak ketinggalan, kami
mengabadikan beberapa jepretan foto di sana. Kabut cukup gelap, suasana makin dingin. Waktu
menunjukkan pukul 16.35 WITA. Kami masih menikmati keindahan danau yang tak
bisa kami komentari, selain kata indah. Ternyata masih ada keindahan lain lagi
yang disajikan di Bedugul, yaitu Pura Ulun Danu. Aku setengah tercenung
sambil memikirkan rupa Pura Ulun Danu. Beberapa detik berlalu ... dan yapp! Aku baru ingat. Pura itu yang ada
di cetakan uang 50 ribuan. Wah, subhanallah...
aku bisa melihatnya secara langsung! Pesona-pesona yang sungguh menakjubkan
mata.
Berdasarkan
info yang kuperoleh, Pura Ulun Danu Beratan terdiri atas empat kompleks pura: Lingga
Petak, Penataran Pucak Mangu, Terate Bang, dan Dalem Purwa berfungsi untuk
memuja keagungan Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Tri Murti, guna
memohon anugerah kesuburan, kemakmuran, kesejahteraan manusia, dan lestarinya
alam semesta. Kurang lebih sekitar sepuluh menit berlalu penyeberangan dengan
kapal boot dan akhirnya berhenti
tepat seperti dermaga kecil. Kupikir kakiku sedang berpijak di tempat
pemandangan serupa. Akan tetapi, ini berbeda. Ternyata di hadapanku mentereng villa
mewah. Namanya Bedugul Wana Villas Bali. Aku terkesiap dengan ornamen bangunan
yang ada. Lagi-lagi kukatan subhanallah...
dan woow!
Ponselku tiba-tiba berdering. Salah
satu teman menghubungi untuk segera kembali sebab kabut makin gelap. Sementara
rombongan sudah menanti aku dan beberapa teman di bus. Aku dan teman-teman riang.
Kami tertawa lepas. Menikmati danau, menemani kabut, memuji kebesaran Allah
yang tak ada hentinya. Sejenak aku pandangi kabut yang tak lagi pucat. Teringat
orang-orang rumah. Teringat akan semua mimpi yang kupahat satu per satu di
ingatan. Dan satu lagi, hari itu aku menabuh mimpi kembali. Mimpi di Pulau
Bali. Mimpi akan mengajak bapak, ibu, mbak-kakak, serta saudara kembarku,
Destiana. Semoga.
***
Rabu, 07 November 2012
Welcome To Blog Kakgilbert: Kamu... Kamu... Kamu!!!
http://destianiku.blogspot.com/Welcome To Blog Kakgilbert: Kamu... Kamu... Kamu!!!: "Pasti becandaan itu masih disimpen di hati :D Kalo becandaan itu gak lucu, jangan salahkan aku, karena hanya satu, niatku hanya mengha...
Langganan:
Postingan (Atom)
Membedakan Sifat-Sifat dan Ragam Bahasa
Silakan pahami narasi-narasi berikut sehingga Saudara dapat memahami perbedaan sifat-sifat bahasa! 1. Fakta sejarah bahwa orang atau kelompo...
-
Salah satu kebahagiaan jika dapat berkumpul bersama keluarga sambil menikmati menu makanan. Sepertinya, tak banyak orang dapat melumat makan...
-
Sejak dulu, salah satu mimpi besarku dapat bertandang di Pulau Bali—tempat yang diagung-agungkan banyak orang—menikmati sunset di Kuta. ...
-
Bertepatan pada tanggal 22 Desember yaitu Hari Ibu, PJ Event beserta AE Publishing mengajak kalian semua untuk menulis ‘surat’ untuk Ibu. ...