Dua hari ini saya full di rumah. Mengurusi rumah serta ibu yang tengah sakit. Hampir saya tak peduli dengan agenda-agenda di luar yang menghubungi saya. Ah, mungkin ini adalah waktunya saya ber-birrulwalidain sebelum ibu sehat kembali.
Sudah beberapa hari ini pula, saya disibukkan dengan urusan dapur. Selama ini, mungkin sekadarnya saja saya sibuk di tempat pengepulan asa makanan itu. Bukan karena malas ataupun tak bisa melakukan, tapi karena agenda di luar memenuhi isi kepala. Belum lagi deadline menulis sering kali membuat saya tergopoh-gopoh.
Hari ini saya tengah "berlari". Jemari saya menari-nari mengalahkan waktu yang akan membunuh saya bila saya tak memanfaatkannya dengan baik. Yaah... lagi-lagi mengejar deadline. Mencoba peruntungan di lomba menulis. 'Semoga saja' harap saya pada Ilah. Sebab sesungguhnya tiada tempat lagi yang saya sandarkan dan memohon pertolongan, kecuali pada-Nya. Allah... Allah ....
Bangun tidur pukul 4. Mengejar qiyamulail dan sunnah berikutnya. Dilanjut tilawah sambil menanti subuh. Alhamdulillah... tak lama subuh datang. Setelah subuhan, saya bergegas meraih laptop. Saya buka layar Dell dengan harapan ide mengalir deras.
Lama utak-atik meramu kata. Oh, tidak. Saya mentok! Tak ada ide sedikit pun di kepala. Ehhm... saya hampir putus asa. Baiklah, akhirnya beralih membaca beberapa artikel tentang "Go to Hell Keluhan". Yaahh... ada semangat yang memagut kembali meskipun "mogok ide" masih merundungi hebat-hebatan. Saya pilih cara lain: saya membaca satu artikel, kalau tidak salah artikel yang ditulisnya pun penulisnya merupakan salah satu anggota Forum Lingkar Pena. Isinya kurang lebih seperti ini
"Kita dapat menulis sastra bukan dari teori yang sudah ada. Melainkan, kita akan mudah menulis sastra dengan cara membaca sastra-satra milik orang lain. Dari situ, kita akan belajar bagaimana keindahan diksi yang digunakan, bagaimana penulisan penokohan yang apik, bagaimana menciptakan ketegangan konflik, serta alur yang mengalir".
Ehhm... baiklah. Sebagai "santapan" pagi,kumpulan cerpen Benny Arnas, saya sikat.
Belajar menulis kembali. Menulis blog, menulis catatan, menulis apa pun sebagai pancingan saya agar ide mengalir deras. Deadline hanya tersisa beberapa hari. Aduh, Gusti, saya ngeri takut tidak bisa mengejar. Permudahkanlah hamba.
Surya mendenyar. Kegiatan tulis-menulis saya pending. Sambil jaga-jaga ibu, takutnya ibu ingin ini-itu saya bisa langsung tanggap. Saya putuskan ke dapur. Meracik bumbu. Mengolah ikan layang, kangkung, tahu dan jamur tiram. Alhamdulillah, pepes ikan layang, tumis kangkung, dan tumis tahu-jamur, selesai juga. Lalu bagi rata ini-itu buat Ndek di samping rumah. Bahagia sekali ia, saya beri dua bungkusan pepesan ikan.
Tak lama azan zuhur. Waktunya curhat dengan-Nya. Empat rakaat dilanjut sunnah alhamdulillah tertunaikan. Setelah itu saya meraih laptop (lagi).
Bola api makin mengundurkan diri. Waktu menuju sore. Ehmm... jadi ingat besok adalah Senin. Itu artinya, kembali mengajar. MasyaAllah, media pembelajaran belum saya buat. Buku pegangan mengajar pun belum dapat di tangan. Cukup gupek dan akhirnya download Buku Sekolah Elektronik via dumay, alias dunia maya. Ketak ketik ini itu... sampai bolak-bali ke belakang, dan alhamdulillah sudah terkonsep apa yang akan dijelaskan besok. Okey, wait me, my students!
Lanjut menulsi lagi. Tiba-tiba saya jenuh. Menulis dan menulis tapi tidak ciamik. Ah, berusaha luruhkan jenuh, saya membuka tab baru: facebook--satu-satunya media sosial yang meluaskan pertemanan saya. Alhamdulillah, bisa mengenal banyak teman di FLP Lampung dan yang lainnya.
Mata saya menyapu beranda. Hampir semua tulisan saya baca. Dan tiba-tiba saja saya terkaget dengan postingan salah satu bimbingan belajar yang cukup terkenal di Lampung. Isi postingannya, "Innalillahi wa inna ilaihi rojiun telah berpulang saudara kita Bu Lena... disebabkan kecelakaan pagi tadi." Duaaarrr! Dia... Secepat itukah Allah memanggilnya? Secepat itukah pertemuan Allah sebelum ia reguk kekasih belahan jiwa dunia? Sontak beranda facebook-nya penuh, banyak yang memosting ketidakpercayaan mereka bahwa Mbak Lena meninggal.
Innalillahi... saya langsung terjerembap. Saya memang tidak begitu kenal persis ia. Tapi dia adalah kakak tingkat waktu kuliah. Masih satu almamater. Sempat beberapa kali juga saya menyambangi facebook-nya. Innalillahi... ternyata usia... innalillahi... beliau masih muda sekali... innalillahi... bagaimana dengan saya? Bagaimana dengan kadar iman saya? Apa kabar dosa-dosa saya? Apa kabar dengan kesanggupan saya bila Allah memanggil? Sudah siapkah saya?
"Cukuplah maut sebagai pelajaran (guru) dan keyakinan sebagai kekayaan. (HR. Ath-Thabrani)"
Sungguh, hari ini saya ingat mati untuk kesekian kalinya, Allah... Ingatkalah saya, saudara-saudara saya, sesama kaum muslim agar kamu selalu ingat akan mati. Agar kami berikhtiar berada dijalan lurus-Mu. Sesungguhnya, kematian itu amat sakit. Sesungguhnya, siksa kubur dan pembalasan itu akan ada. Subhaanallah... Sungguh, saya akan selalu ingat mati sebagai penjagaan hidup saya. InsyaaAllah....
Minggu, 22 September 2013
Sabtu, 21 September 2013
Mencintai Kata
....
Mencintai kata mungkin lebih tulus
Daripada mencintai
seonggok daging
sepertimu....
Mencintai kata mungkin lebih tulus
Daripada mencintai
seonggok daging
sepertimu....
Aku Masih Cinta Sendiri
waktu pukul 05.38. aku masih duduk sambil menarikan jemariku di tuus komputer jinjing yang sudah lebih dari etengah tahun lalu kubayar secara berkala. langit masih abu-abu. denyar cahaya surya belum kunjung jua. semalam, temanku upload foto pernikahannya. ah, ada geletar berjalan hebat dalam aliran darah. satu satu sahabat sma atau pun kuliah, berhasil menanggalkan status lajang. sementara aku? aku masih cinta dengan sendiri. masih cinta dengan duniaku. masih cinta tak ingin tinggalkan ibu meksi sejatinya pernikahan bukanlah meninggalkan orang tua. jelas, itu adalah sunnah Rasulullah..
Minggu, 15 September 2013
FLP Lampung Hidupkan Rumcay
Minggu (15/9) Forum Lingkar Pena (FLP) Lampung hidupkan Taman Baca Rumcay di sekitaran GSG Unila, Bandarlampung. Gelaran berlangsung pukul 07.00--10.00. Hadir dalam acara tersebut
Naqiyyah Syam (Ketua FLP Lampung), para pengurus FLP Cabang Bandarlampung, dan para calon anggota FLP Cabang Bandarlampung yang tengah magang kepenulisan.
Taman Baca Rumcay merupakan akronim dari Rumah Cahaya Hasilkan Karya yang dipelopori Helvy Tiana Rosa, pendiri Forum Lingkar Pena tahun 1997. "Rumcay merupakan bentuk nyata dalam membudayakan membaca dan menulis di tengah-tengah masyarakat," papar Naqiyyah. "Untuk sementara, gelaran Rumcay tidak hanya bertempat di GSG Unila saja, melainkan di PKOR Wayhalim pada sore hari. Saat-saat itulah, banyak pejalan yang berlalu-lalang. Sekaligus sebagai ajang refreshing pengurus FLP yang mungkin saja jenuh dengan kelas menulis dalam ruangan," tambahnya. Jenis buku yang disediakan di Rumcay beragam. Dari tabloit, kumpulan cerpen, novel karya para pengurus FLP, hingga buku cerita anak dan krayon yang khusus disediakan untuk para orang tua yang membawa putra-putri kecilnya. Gerakan taman baca ini pun digelar FLP Cabang Metro di area car free day Taman Kota Metro yang diramaikan OI Metro dan Griya Baca.
Dalam waktu dekat, Rumcay akan dibentuk kepengurusannya. Sebab taman baca ini tidak masuk dalam program kerja divisi di FLP. Nantinya, juga akan ada launching tiga puluh Taman Baca Rumcay se-Indonesia. Dan khusus di Bandarlampung, Taman Baca ini akan ditempatkan di samping sekretariat FLP Lampung, kediaman Ketua FLP Lampung, Naqiyyah Syam di Jalan Cempedak Gang Kunir No. 35A Gedungmeneng, Rajabasa, Bandar Lampung.[]
para panitia Taman Baca Rumcay |
Taman Baca Rumcay merupakan akronim dari Rumah Cahaya Hasilkan Karya yang dipelopori Helvy Tiana Rosa, pendiri Forum Lingkar Pena tahun 1997. "Rumcay merupakan bentuk nyata dalam membudayakan membaca dan menulis di tengah-tengah masyarakat," papar Naqiyyah. "Untuk sementara, gelaran Rumcay tidak hanya bertempat di GSG Unila saja, melainkan di PKOR Wayhalim pada sore hari. Saat-saat itulah, banyak pejalan yang berlalu-lalang. Sekaligus sebagai ajang refreshing pengurus FLP yang mungkin saja jenuh dengan kelas menulis dalam ruangan," tambahnya. Jenis buku yang disediakan di Rumcay beragam. Dari tabloit, kumpulan cerpen, novel karya para pengurus FLP, hingga buku cerita anak dan krayon yang khusus disediakan untuk para orang tua yang membawa putra-putri kecilnya. Gerakan taman baca ini pun digelar FLP Cabang Metro di area car free day Taman Kota Metro yang diramaikan OI Metro dan Griya Baca.
pengunjung berdatangan |
Jumat, 13 September 2013
Biasakan Menulis di Kelas Menulis
Sabtu (13/9) usai mengawas try out di sekolah dalam rangka persiapan Ujian Nasional 2014, saya mesti masuk kelas lagi. Ada satu program yang saya rancang sejak beberapa bulan lalu, yakni kelas menulis cerpen dan puisi. Awalnya, hajat ini, berlangsung sekitar April. Namun karena di Tahun Pelajaran 2012--2013 saya memegang kelas IX yang mengharuskan fokus untuk kelulusan para
Merangkai kata untuk perkenalan |
Hal ihwal kelas menulis cerpen dan puisi ini berlangsung ketika beberapa bulan lalu di tempat saya bekerja: SMP IT Ar Raihan memberikan kesempatan bagi para siswa yang memiliki bakat di bidang sain, sosial, dan Bahaa Inggris. Dengan tujuan, bila ada perlombaan, guru-guru yang terkait di bidangnya, hanya menjaring siswa-siswa yang sudah digembleng di kelas pengembangan bakat dan minat meski tidak menutup kemungkinan siswa lain yang berkompeten dapat mengikutinya. Saya mengusulkan juga untuk bidang Bahasa Indonesia. Karena tidak memungkiri, tiap tahunnya, ada perlombaan di bidang itu, seperti FLS2N,
Perkenalan Zahra |
yaAda sederet program kerja yang usai saya dibuat. Dari tahap perkenalan, SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) dengan Sastra, membuat release tiap acara kegiatan di sekolah, menegnal komunitas menulis di Lampung, seperti Forum Lingkar Pena, hingga pembuatan antologi bersama. Wah, kok terkesan melebar ya kelas menulis cerpen dan puisinya? Hehe, pelan-pelan deh. Lakukan hal terkecil dulu.
Saya sebagai pembimbing untuk kelas menulis cerpen dan puisi, sangat senang sekali bisa menulari sedikit ilmu yang saya miliki. Meski saya akui, saya pun masih terus belajar dan belajar di bidang kepnulisan, khususnya sastra. Saya tergabung di satu organisasi kepenulisan di Bandarlampung: Forum Lingkar Pena Cabang Bandarlampung yang tengah masuk tahun ke-2, tepatnya sebagai ketua bidang kaderisasi. Di sana, saya banyak belajar bagaimana cara mengader anggota yang hobi dan ingin sekali bisa menghasilkan karya. Banyak ilmu yang saya dapat. Dan saya tak ingin ilmu-ilmu yang terurai itu, hilang begitu saja, tanpa bekas. Tak banyak tulisan saya yang masuk media dan jadi juara, tapi sedikit menaruh harapan agar anak-anak termotivasi.
Nah, ini dia kegiatan menulis hari ini. Sebagai langkah awal, saya menginstruksikan
Zulfa mempresentasikan karya |
Kelas menulis ini memang tidaklah terdiri atas banyak siswa. Kurang lebih sekitar sepuluh orang. Namun, hari ini pun yang datang hanya separuh. Ah, tak mengapa, ini baru permulaan. Jadi harus membangkitkan semangat agar menarik yang lain sehingga ingin belajar menulis. Beberapa siswa yang berpartisipasi ialah Zulfa Nurul Izzah yang berasal dari Kelas Maliki. Ialah adalah mantan reporter cilik di Lampung Post. Pernah ia mewawancarai Wakil Presiden Republik Indonesia, Budiono. Selain itu, Zulfa telah berulang kali menjuarai perlombaan menulis cerita anak dan cerpen. Cita-citanya pun sangat luar biasa, ingin menjadi jurnalis terkenal.
Nah, selain itu, anggota kelas menulis cerpen dan puisi yang lain ialah Sharifa Rania Assegaf (Rania), Aura (Awa), Halimatuzzahra (Zahra), dan Trishnalifa (Nafa). Mereka sangat bersemangat sekali untuk menulis. Mengutarakan segala hal berkaitan tentangnya sebagai langkah awal pendekatan diri untuk menulis. Ternyata, meski baru kelas VIII SMP, mereka telah menghasilkan beberapa karya yang sempat jadi juara ataupun disimpannya di laptop.
Teruslah berkarya, Awa! |
Adapun yang ingin sekali saya harapkan bagi anak didik saya. Tidak sekadar tulisan yang dibaca lalu usai dan dilupakan. Atau bahkan, bisa jadi terbuang di bak sampah begitu saja. Akan tetapi, ingin sekali mereka menghasilkan tulisan yang baik dan mencerahkan bagi pembaca. Tulisan sebagai ladang dakwah. Siapa yang membaca, hati akan tergugah melakukan kebaikan. Siapa yang membaca, ada nilai-nilai moral dan agama yang patut dicontoh. Siapa yang membaca, dapat mengambil hal positif dan membuang jauh sifat negatif yang ada dalam aliran kata yang dirangkai.
"Menulis menjadikan saya selalu ada. Menulis sebagai cara menebus rindu
yang tak bisa disampaikan. Menulis adalah bentuk cinta pada diri.
Menulis adalah ketenangan. Menulis adalah dakwah yang dapat saya
lakukan. Semoga barokah."
Itulah sekelumit kalimat yang saya rangkai mengenai menulis. Semoga kita kekal karena menulis. Semoga semangat untuk menulis itu selalu ada. Dan pastinya, kita takkan tertelan di tengah masyarakat. Semoga tetap jadi manusia abadi.
Salam menulis!
Langganan:
Postingan (Atom)
Membedakan Sifat-Sifat dan Ragam Bahasa
Silakan pahami narasi-narasi berikut sehingga Saudara dapat memahami perbedaan sifat-sifat bahasa! 1. Fakta sejarah bahwa orang atau kelompo...
-
Salah satu kebahagiaan jika dapat berkumpul bersama keluarga sambil menikmati menu makanan. Sepertinya, tak banyak orang dapat melumat makan...
-
Sejak dulu, salah satu mimpi besarku dapat bertandang di Pulau Bali—tempat yang diagung-agungkan banyak orang—menikmati sunset di Kuta. ...
-
Bertepatan pada tanggal 22 Desember yaitu Hari Ibu, PJ Event beserta AE Publishing mengajak kalian semua untuk menulis ‘surat’ untuk Ibu. ...