Senin, 14 September 2015

Hari ini Marah (Lagi)


 Kegiatan pembelajaran tak terlepas pada dua objek yang saling berkesinambungan: siswa dan guru. Keduanya saling memiliki andil dalam perjalanan proses pendidikan. Seorang guru takkan berhasil mengajar tanpa adanya pembelajar, dalam hal ini adalah siswa. Sementara siswa, takkan tuntas kegiatan pembelajarannya sang penentu yang penuh ketulusan hatinya: guru.

Ya, lagi-lagi guru dan siswa memiliki perannya tersendiri. Namun lagi-lagi keduanya takkan bisa terlepas. Ibarat layang-layang, yang satu sebagai benda layang, yang satu adalah senar. Bila hilang satu, sisanya musnah. Begitu juga sebaliknya. 

Pada tulisan ini yang menjadi titik sorot ialah kemarahan seorang guru. Terus terang, saya sempat tercenung, salahkah bila seorang guru marah pada kelas yang sama dan tidak hanya sekali keamarahan itu diluapkan, misal mengomeli beberapa anak yang kerap tidak hadir di kelas dengan berbagai alasan yang ada. Bisa jadi kemarahan meletup ketika seorang siswa kelas X yang semestinya dapat menulis paragraf sederhana yang cakupannya amat ringan, tetapi malah jauh dan terbang tinggi dari ekspektasi guru. Tulisan dihasilkan persis siswa SD kelas IV. Miris! 

Sang guru marah. Berkicau hampir kurang lebih setengah jam. Ia menyayangkan siswa tersebut mengapa bisa menulis paragraf seburuk itu. Astaga! Inikah kegagalan produk dari hasil bidikan dan didikan Guru Bahasa Indonesia ataukah sikap tak acuh yang masih terus-terus menyepelekan kegiatan yang bernama menulis paragraf. Mari interospeksi bersama. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Membedakan Sifat-Sifat dan Ragam Bahasa

Silakan pahami narasi-narasi berikut sehingga Saudara dapat memahami perbedaan sifat-sifat bahasa! 1. Fakta sejarah bahwa orang atau kelompo...