Selasa, 11 November 2014

Guru Tak Sekadar Teori

dok.pembelajaran berdasarkan IT
dok.sumber belajar hasil karya sendiri dengan penggunan IT

 
  
Guru tak sekadar teori, judul yang saya usung dalam tulisan ini. Mengapa demikian? Apakah seorang guru tak cukup menguasai teori saja? Maka jawabannya, ya. Ya, betul! Seorang guru semestinya tidak hanya menguasai teori, tetapi  juga keterampilan-keterampilan terkait bidang ilmu yang diampu.

Ketika saya merangkai kalimat demi kalimat ini, saya mengharuskan diri untuk me-review ingatan-ingatan lalu yang sebenarnya cukup malu bila dibabar. Namun, tak apalah. Semoga 
jalinan kisah benang merah bahwa seorang guru memang tak sekadar menguasai teori.

dok.pengerjaan latihan dengan soal di-upload ke e-library
Saya merupakan alumnus Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Lampung. Kini saya
berprofesi sebagai Guru Bahasa Indonesia di SMA IT Ar Raihan Bandarlampung. Tidak hanya aktivitas guru yang saya lakoni, tetapi juga amanah sekretaris FLP Lampung, pembina ektrakurikuler jurnalistik, serta editor lepas. Ya, lagi-lagi semua aktivitas yang tengah saya geluti berawal bahwa teori tidaklah cukup. Semua itu titik balik untuk mengubah paradigma saya yang sempat keliru.

Usai masa studi S-1, saya sempat membantu bapak-ibu dosen guna mengisi Matakuliah Umum Bahasa Indonesia. Setahun saya menjalani peran selaku asisten dosen. Ilmu-ilmu yang saya berikan dengan mudah diterima para mahasiswa. Setelah itu, rezeki lain hadir dengan diterimanya saya sebagai guru di SMA IT Ar Raihan, Bandarlampung.

Ya, saya mengajar seperti biasa. Sama seperti guru lain. Namun, saya merasa ilmu-ilmu yang saya berikan, terasa hambar. Teori sekadar teori yang saya jelaskan di kelas. Para siswa-siswi paham atas materi yang saya babarkan. Namun, lagi-lagi, saya merasa hambar saat mengajar.

Pelajaran Bahasa Indonesia terdiri atas materi Bahasa Indonesia dan Sastra. Bukan sekadar sintaksis, morfologi, dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Akan tetapi, lebih dari itu! Keterampilan menulis perlu diajarkan. Harus praktik yang dilakukan. Lagi-lagi bukan sekadar teori.

Menulis merupakan  salah satu keterampilan berbahasa, selain menyimak, berbicara, dan membaca. Menulis adalah proses kreatif yang membutuhkan kecakapan tatabahasa dan EYD agar tulisan yang dicipta dengan mudah dipahami pembaca. Saya teringat dengan perkataan sastrawan Indonesia, Pramoedya Ananta Toer. Ia mengungkapkan orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Sejak itu, saya ingin abadi dengan menulis. Saya ingin abadi untuk anak-anak di kelas dengan mengajarkan mereka juga bagaimana menulis yang mencerahkan.

Bergabung dengan komunitas penulis adalah langkah yang saya tempuh. Ya, pada 2012 saya bergabung di Forum Lingkar Pena (FLP) Lampung yang saat itu diketuai Naqyiyyah Syam, penulis nasional buku La Taias for Ummahat, Kekuatan itu Bernama Ibu. Bersama dengannya, saya diajarkan menulis yang bermanfaat. Bersama dengannya, saya diajarkan istikamah untuk tidak menyerah sekalipun tulisan dikritik habis-habisan. Itulah nikmatnya menulis. Menuangkan semua imaji dan rasa. 
Selain menulis, saya dikenalkan dengan sarana yang memudahkan mem-publish tulisan. Ya, blogger, kompasiana, hingga youtube. Syukur, melalui media sosial, mempermudah saya untuk mendidik anak-anak bahwasannya belajar tidak hanya melulu dengan pena dan buku tulis serta buku dari penerbit sebagai sumber belajar. Melalui blogger pribadi, kompasiana, dan youtube, saya tidak hanya mengajar teori, tetapi juga praktik. 

dok.pembelajaran puisi yang di-posting di blogger pribadi
Bersama FLP Lampung, saya selalu termotivasi. Bersama FLP Lampung, saya diajarkan untuk berjiwa sosial melalui Taman Baca Masyarakat (TBM) tiap Minggu pagi di sekitaran GSG Unila, Lampung. Saya percaya dengan pepatah ala bisa karena biasa. Dan semua kebiasaan itu selalu bermula dari “alarm-alarm” teman-teman di FLP. Menulis dan menulis. Ingin jadi penulis, ya harus menulis! Perlahan saya mencoba untuk terus menulis. Menulis apa pun itu. Sekalipun diary sebagai luapan rasa. Dan saya bersyukur, kini saya telah terbiasa menulis meski secara mendadak harus mendeskripsikan kejadian dalam alur cerita di hadapan para siswa. Alhamdulillah, semua karena faktor “kebiasaan” tadi.   

Memanfaatkan Blogger dan Kompasiana
Hal yang terpikir ketika saya memasukkan materi pelajaran ke dalam blogger pribadi serta catatan essai di Kompasiana, saya ingin anak-anak bisa menulis. Dan tidak sekadar menulis saja, melainkan mem-posting tulisan mereka untuk menanamkan rasa percaya diri. Blogger yang berisi materi cerpen, puisi, hingga Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), ada wawasan baru yang mereka dapatkan. Selain itu, terus membangkitkan saya untuk terus menulis dan menulis lagi. Melalui blogger, kemampuan berbahasa dapat diasah. Selain itu, kepraktisan yang ditawarkan blogger, sangat memudahkan seseorang memublikasikan tulisan dengan sekejap.

Pemodelan Materi Melalui Youtube
Salah satu sumber media yang saya gunakan untuk menunjang pembelajaran ialah dengan pemanfaatan youtube. Akan tetapi, hanya pada materi-materi khusus saja, tidak semua materi. Misalkan saja, musikalisasi puisi dan pidato. Dengan begitu, lebih memudahkan saya dalam mengajar. Saya tidak perlu bersusah-susah untuk melakukan pemodelan di setiap kelas. Cukup satu kali saya membuat pemodelan, upload video ke youtube lalu publish di hadapan anak-anak. Amat mudah. Terlebih, sekolah tempat saya mengajar di SMA IT Ar Raihan, selalu memanfaatkan IT dalam kegiaatan pembelajaran.

Power Point Tak Tertinggal
Ya, berikutnya ialah pemanfaatn power point. Tiap kelas memiliki LCD, setiap siswa memunyai laptop masing-masing. Begitu juga dengan saya. Laptop selalu saya jinjing ke kelas dan digunakan dalam pembelajaran. Di SMA IT Ar Raihan, guru diwajibkan mengajar based IT. Materi yang saya sampaikan, minimal menggunakan slide power point yang telah saya siapkan di rumah. Akan tetapi, tidak semua tulisan di buku, saya pindahkan. Saya lebih senang bila mengajar membuat mind mapping sehingga penjabarannya bisa langsung di hadapan anak-anak. Sungguh, perencanaan mengajar yang baik akan mempermudah guru mengajar.

SMA IT Ar Raihan dan IT
Perkembangan teknologi kini amat berperan dalam dunia pendidikan, khususnya saat pembelajaran. Dengan Information and Technology (IT), akan mempermudah akses pembelajaran, menambahkan sumber informasi, penambahan ketersediaan media alternatif untuk mengakomodasi strategi pembelajaran yang beraneka ragam. Dengan penggunaan IT inilah yang digunakan SMA IT Ar Raihan, yang beralamat di Jalan Purnawirawan 114 Bandarlampung. SMA IT Ar Raihan telah memanfaatkan e-library guna memublikasikan materi pembelajaran, e-learning untuk memublikasikan berbagai soal ujian berupa pilihan ganda dan essai (microsoft word, PDF, ataupun power point). Dengan demikian, saya sebagai guru tidak hanya sekadar memberikan teori, tetapi juga pembelajaran secara langsung berupa praktik menulis, berpidato, dan sebagainya dapat dipraktikkan dan dipublikasikan langsung melalui internet. 



1 komentar:

  1. Ngajar anak SD aja terasa lebih ringan dengan adanya TIK apalagi anak2 SMA ya Mbak.
    Salam kenal dari Demak.
    Saya juga ikutan lomba ini Mbak. Monggo mampir ke rumah maya saya.

    BalasHapus

Membedakan Sifat-Sifat dan Ragam Bahasa

Silakan pahami narasi-narasi berikut sehingga Saudara dapat memahami perbedaan sifat-sifat bahasa! 1. Fakta sejarah bahwa orang atau kelompo...