dok.peserta digital writing |
Para siswa tampak antusias mengikuti berbagai kegiatan yang disajikan penyelenggara.
Tiba pukul 09.00. Antrean penukaran tiket dimulai. Sesak dan penuh, dua kata yang mewakili keantusiasan para remaja guna bertemu idolanya. Alhasil, antrean panjang tak terelakkan. Sesuai schedule, acara dimulai pukul 10.00. Akan tetapi, terjadi kemoloran waktu yang lama hingga hampir pukul 12.00. Meski demikian, tak mengurangi keinginan para remaja Lampung untuk mengikuti kelas digital writing bersama Raditya Dika. Sambil menanti kedatangan penulis bernama lengkap Dika Angkasapura Moewarni ini, para peserta disuguhkan penampilan band lokal dan Budi Doremi--penyanyi solo--mewarnai belantika musik Indonesia.
Riuh sorak para peserta bergemuruh saat penulis idola hadir di tengah-tengah mereka. Dengan berkaos lengan panjang dan jeans, penulis sarat gurauan itu menyapa para peserta di panggung. Otomatis, awalnya antrean panjang tadi, berubah menjadi sepi karena peserta kocar-kacir menuju panggung. Sementara sisanya, tetap cool menanti antrean agar dapat duduk di depan saat pemberian materi.
Hampir pukul 12.00, kelas digital writing dipandu Fabiola dimulai. Tak berlama-lama, dengan segera sang MC memanggil penulis Manusia Setengah Salmon itu. Lagi dan lagi sorak sorai bergemuruh. Laiknya gayung bersambut, Dika, panggilannya, menyapa seluruh peserta dengan akrab dan hangat. Bahkan gurauan-gurauannya membuat peserta terpingkal-pingkal.
dok.pengenalan dasar-dasar menulis kreatif |
Menurut Raditya, dasar menemukan ide amatlah mudah. Dari anxiety. Yap, dasar ide dapat diperoleh dari kegelisahan yang dirasakan seseorang. Dengan gaya banyolannya, Raditya memberikan contoh kegelisahan yang acap dirasakan anak muda. Misal, seorang jomblo ketika menghadapi malam minggu, bad first date, dan sebagainya. Kemudian, ia pun menjelaskan, kegelisahan tak melulu tentang hal yang tak mengenakkan. Perasaan senang pun bisa dijadikan ide untuk menulis.
Bagi Raditya, konsep menulis jangan karena ingin terkenal dan dapat uang banyak. Tulis apa saja asalkan menulis, Menghasilkan tulisan yang jelek, tak masalah. Selain itu, dasar-dasar kegelisahan yang dirasakan seseorang tak hanya dapat dijadikan cerpen, bisa jadi untuk ide stand komedi. Kegelisahan diperluas dengan hasil observasi dan kondisi sosial, dapat menghasilkan ide untuk stand up komedi.
dok.pemaparan pemerolehan ide |
Outerself merupakan ide yang diperoleh dari luar lahiriah. Ide didapat bisa dari bentuk fisik. Misal, bentuk tubuh gemuk lalu ingin mencari pasangan akan menyulitkannya karena biasa pasangan menginginkan badan yang ideal. Dari hal itu, otomatis akan membuat si pencari pasangan itu merasa gelisah.Nah, kegelisahan-kegelisahan tersebut bisa membantu untuk dapatkan ide.
Sementara poin ke-3 ide diperoleh dari the world within. Artinya, ide diperoleh dari dunia sekeliling. Misal, kehidupan sosial lingkungan rumah yang tak mendukung. Dari permasalahan itulah seorang penulis mendapatkan ide.
dok.cara pembuatan mind mapping |
Dalam kesempatan itu, Raditya pun memaparkan bila penulis telah menentuka satu tema yang diusung dan sedang digarap, tulislah hingga selesai. Jangan sekali-kali beralih ke tema lain. Jangan sampai tidak selesai menulis! Bila penulis mengalami kemandekan cerita, solutifnya ialah penulis harus membuat kerangka cerita.Buatlah alur cerita.
Tiba pada sesi pertanyaan. Beberapa pertanyaan diajukan para peserta. Berkaitan masalah golden time untuk menulis. Dika menjelaskan dengan mudah dan simpel. Ia menulis tanpa golden time. "Menulis saja. Jangan pernah menanti golden time! Menulis di setiap waktu. Di kereta, di Bioskop 21 pun bisa menulis," jelasnya.
Selain itu, Dika pun menyampaikan, ketika seorang penulis ingin mengirim tulisannya, lihatlah karya penulis favoritnya diterbitkan siapa. Ingat, jangan sampai salah mengirim naskah di penerbit yang tidak sesuai dengan genre tulisan kita. Atau bisa saja dibuat secara self publishing: mencetak dan mempublikasikannya sendiri.
Sebelum kegiatan digital writing usai, pria kelahiran '84 ini berpesan, menulislah dengan keadaan bagaimana pun. Bila masih mengandalkan moody saat menulis, lawanlah! Teruslah menulis. Paksa terus untuk menulis meski jelek. Jangan pernai menanti golden time, kuncinya. []
terima kasih sharing ilmunya ya Desti :)
BalasHapussenang deh mbak naqiy mampir ke blog-ku ^_^
BalasHapus